Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Sep 4, 2009

Reuni di Kota Pahlawan 2/9-09



happy ending.....jika 2 atau 3 orang pria kerkumpul pasti ngomongin.......????........yang gak kelihatan haha

Reuni di Kota Pahlawan 2/9-09


Reuni di Kota Pahlawan

Edy - Beko

Cosmas - Edy

Reuni di Kota Pahlawan

Cosmas and Edy Subandono

Edy and......who?....Gotri...

Jul 4, 2009

Belajat Bertempur Melawan Diri

Saudari-Saudaraku terkasih,

Kalau boleh tahu, apakah engkau pernah berperang melawan dirimu sendiri. Kapankah engkau pernah memenangkan pertempuran dengan dirimu sendiri? Engkau selalu kalah atau selalu menang?

Engkau kalah bertempur dengan dirimu sendiri, saat engkau begitu kuat mempertahankan harga dirimu. Apalagi kalau engkau sedang diserang oleh orang lain, yang mengritik kinerjamu, yang dianggap rekan rekan kurang optimal dan kurang berhasil baik.

Engkau kalah bertempur dengan dirimu sendiri, saat engkau bersikeras tidak mau kehilangan gengsi ketika engkau ditantang untuk mengampuni sahabatmu yang terlanjur bicara salah,sehingga terjadi "saling memfitnah". Berat rasanya untuk memaafkan orang yang katanya dulu dekat, tapi ternyata "berkhianat". Sungguhkah sahabatmu memfitnah dan berkhianat? Lihatkah kembali, jangan jangan fitnah atau berkhianat itu laporan kelemahanmu setelah 10 orang...sehingga sebenarnya bisa jadi hanya soal paham yang tidak tersampaikan.

Engkau kalah bertempur saat engkau merasa tersindir dan tersinggung karena perkataan temanmu tepat mengenai sasaran kelemahan dirimu. Temanmu selalu menunjukkan betapa orang mesti belajar rendah hati, bagaikan humus (karena asal kata rendah hati itu humilis-Latin), demikianlah juga kita mesti menjadi tanah subur...lapisan humus. Lapisan humus itu mudah dicangkul dan mudah menyerap air, serta sangat cepat menumbuhkan tunas biji bijian..! Itulah keberanian orang rendah hati, membiarkan diri "dicangkul, diolah" meski sakit sekalipun.

Engkau kalah bertempur saat engkau tidak bisa membedakan manakah PENDAPAT, manakah PRIBADI orang lain..Ketidakmampuan kita membedakan antara pribadi dan pendapat sebenarnya berakar dari kemampuan kita untuk membedakan ungkapan perasaan otentik, merumuskan data, dan penilaian...Sebuah Data tentang pendapat orang tertentu...bisa jadi sangat bagus dan inspiratif.... tapi tidak dapat dipungkiri, orang yang bisa berkata bijak dan bagus, justeru berada dalam situasi yang tidak jelas juga. Karena itu di dunia ini tidak ada jaminan konsistensi antara perkataan dan perbuatan...namun ada harapan bahwa banyak pemimpin politik, budaya, ekonomi, agama akan makin lama tertantang untuk mewujudkan ajaran dan perkataannya dalam tingkah laku hidup sehari hari. itulah otoritas sejati...bukan tempelan tapi otoritas yang berkembang dari sikap batin seseorang.


SEBALIKNYA....

Engkau akan memenangkan pertempuran dengan dirimu sendiri..kalau engkau berani bersikap PERCAYA kepada Tuhan. PERCAYA kepada Tuhan itu berarti kesediaan untuk tidak memperlakukan manusia, dunia, dan segal isinya sebagai SATU SATUNYA SUMBER PENGHARAPAN. Masalahnya ada banyak "tuhan tuhan baru" yang masuk dalam hidup berkeluarga dan hidup pribadi.

Lihatlah berapa banyak orang yang bangga kalau dirinya bisa memiliki Blackberry...sementara temannya tidak bisa beli..? Betapa banyak orang selalu merasa bersyukur karena dirinya tidak seperti orang laiin yang mengalami nasib naas...? Betapa banyak orang tidak mau kehilangan hobbynya nonton TV, main Futsal, mancing ikan, badminton...namun....anak anak mereka tidak sungguh sungguh diperhatikan: belajar sendiri, makan sendiri, tidur sendiri...Adakah solidaritasnya?

Lihatlah banyak orang masih merasa "bangga" dengan pengetahuannya yang dimiliki...sampai ia menganggap bahwa orang lain pasti levelnya lebih rendah daripada diriku..apalagi kalau orang jadi sarjana dan doktor, tapi masih muda...! Di sana sini pun masih saja dicurigai dan diremehkan...Tapi ternyata temannya itu bersaudara dengan seorang pejabat tinggi...waaah...langsung deh ada hormat istimewa yang luar biasa...

Lihatlah masih banyak orang yang mau menang menang sendiri, tidak hanya di rumahnya, tetapi juga mau menang di manapun juga...tidak peduli siapa yang diajak bicara, tapi yang penting dirinya itu akan berusaha sekeras tenaga, untuk selalu menang dalam pembicaraan..! Kalau kita masih suka "menang" dalam mengalahkan lawan bicara, sebenarnya ada luka batin yang parah...namun belum disembuhkan. Pendek kata..orang itu belum mengalami "DAMAI SEJAHTERA"..SYALLOOM!

AKHIRNYA...
Kita akan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri,
(1) kalau kita mengenal, manakah kecenderunganku yang paling dominan: apakah ambisi untuk hidup enak, ambisi untuk dikatakan hebat, ambisi untuk mengontrol orang lain. Kalau kita menemukan titik terang dalam masalahku... di situlah letaknya penggunaan metode PCM (Project Cycle Management.
(2) kalau kita sadar akan "posisi yang pertama" dalam hidup ini...lalu dicarikan ke arah yang lebih dalam lagi..Posisi yang pertama artinya: kehadiran kita sebagai suami atau isteri itu memiliki peran apa? Peran memelihara hidup, memberi kesempatan orang untuk tumbuh jadi dirinya sendiri
(3) Daging lemah, tapi Roh penurut, begitulah Santo Paulus menggambarkan pertempuran antara diri kita antara Roh Kudus dan Roh Jahat.
(4) Tegangan itulah yang terjadi....tapi juga mesti dilihat dari kacamata lain...Tegangan itu anugerah Tuhan, yang menantang kita untuk memindahkan pusat andalan hidup dan masa depan, dari mengandalkan manusia dan diri sendiri serta dunia, melaju untuk mengandalkan Tuhan sungguh sungguh...sehingga tidak akan ada lagi 'Tuhan-Tuhan"...tapi menjadi pendengar Sabda dan pelaksana-Nya..
(5) Dalam memindahkan "arah perubahan" hidup...di situlah kesempatan kita untuk menyadari diri sebagai orang rapuh dan sekaligus mengakui Kemuliaan Tuhan yang berkarya dalam diiri kita. Kesadaran itu menantang orang untuk BERMATIRAGA, yakni belajar untuk memilih pekerjaan yang paling tidak disukai. memilih lauk pauk yang tidak disukai, dan belajar menyapa orang yang dianggap musuh...!

Semoga ada banyak orang yang mau sungguh berperang dengan dirinya sendiri sehingga Allah selalu diberi ruang dan kesempatan untuk terlibat dalam hidup sehari hari.

warm regards!

Jun 20, 2009

Narada

NARADA MEMBAWA SEMANGKUK SUSU

Orang bijaksana dari India, Narada, menaruh bakti kepada Tuhan.
Demikian besar baktinya, hingga pada suatu hari ia tergoda untuk berpikir,
bahwa di seluruh dunia tidak ada orang , yang mencintai Tuhan melebihi dia.

Tuhan membaca hatinya dan berkata:
"Narada, pergilah ke kota di pinggir Bengawan Gangga,
sebab seorang penyembahku diam di sana.
Hidup di sampingnya akan baik bagimu".

Narada pergi dan bertemu dengan seorang petani,
yang pagi bangun, menyebut nama Tuhan hanya satu kali,
lalu mengangkat bajaknya dan pergi ke ladangnya, di mana ia bekerja sepanjang hari.
Hanya sesaat sebelum tidur di waktu malam ia mengucapkan nama Tuhan satu kali lagi.
Narada berpikir : "Bagaimana si petani ini bisa berbakti kepada Tuhan?
Kulihat dia sepanjang hari sibuk dengan urusan duniawi".

Lalu Tuhan berkata kepada Narada,
"Isilah mangkuk dengan susu sampai penuh limpah dan berjalanlah keliling kota.
Lalu datanglah kembali tanpa menumpahkan satu tetes pun juga".

Narada berbuat apa yg dikatakan.

"Berapa kali engkau ingat akan daku selama berjalan keliling kota?" tanya Tuhan."

Tidak satukali pun Tuhan," kata Narada.

"Bagaimana aku bisa, kalau Engkau menyuruh aku memperhatikan mangkuk berisi susu itu ?"

Tuhan berkata: " Mangkuk itu menguasai pikiranmu hingga engkau lupa aku sama sekali.

Tetapi lihat petani yg meskipun dibebani tugas menghidupi keluarga,
ingat akan daku dua kali sehari?"

Apr 29, 2009

Kisah Misionaris di Papua Nugini

JATUHNYA PESAWAT KAMI

*Mans Werang, CM

Why he died and not me? Kata Bapak Uskup Gilles Cote yang sedang berbaring di rumah sakit dengan luka bakar di bagian tubuh dan tangannya, setelah pesawat terbakar dan jatuh di sungai. Pesawat yang jatuh itu berukuran kecil, yang melayani penerbangan antar paroki di keuskupan Kiunga dengan kapasitas penumpang lima orang. Sedangkan Pilot pesawat itu adalah Romo Butch, smm seorang imam Montfort dari Kanada. Para penumpang diantaranya adalah Sr. Pierrette Carignan, dw (Daughter of Wisdom), dua orang ibu, seorang bayi, dan bapak uskup. Tatkala pesawat lepas landas dari kampung Membok ternyata pesawat tidak dapat naik di atas ketinggian, dan saat itu pesawat mulai menghantam pucuk dan ranting dari pohon besar. Tampak baling-baling pesawat dan mesin pesawat mulai terbakar. Para penumpang mulai gelisah dan panik, sedangkan Romo Butch berusaha untuk mencari tempat pendaratan sementara, namun semuanya adalah hutan dengan pohon-pohon besar. Dalam keadaan terbakar, dia segera memilih untuk mendarat di atas sungai. Saat pesawat yang terbakar berada di sungai, Romo Butch meminta bapak uskup dan para penumpang untuk melepaskan sabuk pengaman mereka. Bapak uskup yang duduk disamping pilot dan dua orang ibu yang berada di belakang bapak uskup juga segera melepaskan sabuk pengaman dan berusaha mengeluarkan diri mereka dari pesawat dalam keadaan terbakar di tubuh dan tangannya dan masuk ke dalam air sungai, sedangkan Suster Pierrette Carignan, Dw, yang duduk dibelakang pilot karena panik tidak dapat melepaskan sabuk pengamannya. Bapak uskup segera menyelam ke dalam sungai untuk menghindari pesawat yang terbakar dan tubuhnya yang sedang terbakar. Ketika dia naik ke atas permukaan dan berusaha mencari romo Butch, tampak api terbakar di atas permukaan sungai. Rupanya minyak dari pesawat itu tumpah di atas sungai, menyebabkan air di atas permukaan sungai juga ikut terbakar bersamaan dengan pesawat yang sedang terbakar. Orang-orang yang berada di pingir sungai segera lari ke tempat pesawat yang sedang terbakar, mereka akhirnya menemukan tubuh romo Butch, dan suster Pierrette, serta bapak uskup. Kemungkinan Romo Butch dan Sr. Pierette, dw terlambat membuka sabuk pengaman mereka saat pesawat terbakar di atas sungai. Romo Butch dan Suster Pierrette, dw akhirnya meninggal dunia, bersama dengan seorang bayi yang tidak ditemukan tubuhnya. Sedangkan dua orang ibu, dan Bapak uskup dapat selamat namun dalam kondisi yang sangat parah karena tubuh mereka terbakar. Segera beberapa umat memberitakan peristiwa jatuhnya pesawat ini melalui radio, dan setelah itu satu helikopter datang untuk mengadakan evakuasi. Evakuasi pertama yang dilakukan adalah membawa bapak uskup, dan kedua wanita yang dalam kondisi yang parah ke rumah sakit, tetapi melalui perdebatan. Kebanyakan umat memaksa pilot untuk membawa jenasah Romo Butch dan suster Pierrete, dw ke kiunga. Namun, Pilot menolak permintaan mereka karena kalau dia tidak segera membawa bapak uskup dan kedua wanita itu, maka korbannya bukan hanya dua orang tetapi menjadi lima orang. Bapak uskup yang sedang dalam keadaan sakit parah akibat tubuh dan tangannya yang terbakar segera bicara , “please save my life”. Tatkala umat mendengar ungkapan hati bapak uskup, mereka akhirnya mengerti dengan jelas bahwa pertama-tama yang harus segera dilakukan adalah menyelamatkan bapak uskup dan kedua wanita itu ke rumah sakit.

Berita tentang jatuhnya pesawat itu menguncang para misionaris dan umat di keuskupan Kiunga. Sr. Denis Renauld, dw (Daughter of Wisdom) adalah sepupu dari bapak uskup Gilles Cote, smm merasa sungguh-sungguh terpukul. Ia merasa sedih, panik dan menangis, karena dia mengetahui bahwa salah satu penumpang di dalamnya adalah uskup Gilles Cote. Pada awalnya Sr. Denis, dw tidak percaya bahwa pesawat kecil itu mengalami kecelakaan dan jatuh, karena Romo Butch adalah satu-satunya pilot yang berpengalaman, dan mampu menerbangkan dan mendaratkan pesawat dalam situasi atau cuaca buruk sekalipun. Kemahiran menganalisa lapangan udara, dan cuaca membuat dia merupakan satu-satunya pilot di Papua New Guinea yang mampu mendarat dan menerbangkan pesawat di mana pun juga. Diduga Romo Butch dalam kondisi lelah dan capeh, sehingga keputusan untuk menerbangkan pesawat dalam cuaca dan kondisi tersebut kurang menguntungkan mereka.

Wujud solidaritas

Tatkala jenasah Romo Butch,smm dan Sr. Pierrette, dw yang meninggal dibawah oleh helikopter tiba di lapangan udara Kiunga, puluhan umat dan misionaris sudah memadati Kiunga. Umat sungguh-sungguh merasa kehilangan seorang misionaris, sekaligus seorang pilot yang banyak membantu karya untuk pengabaran injil. Untuk membendung keinginan tahuan umat, para misionaris berusaha memagari dengan bergandengan tangan satu dengan yang lain. Beberapa saat jenasah Romo Butch dan Suster diturunkan dari pesawat, lima pesawat datang dan terbang di atas udara mengitari bandara Kiunga beberapa kali untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Romo Butch yang adalah rekan pilot dan satu-satunya pilot yang menjadi tempat mereka belajar dan bertanya bagaimana harus menerbangkan dan mendaratkan pesawat.

Umat dari berbagai kampung berdatangan ke Kiunga, mengucapkan turut berbelangsungkawa, berdoa bagi Romo Butch, dan Sr. Pierrette Carignan, DW yang meninggal dunia. Semua kantor dan instansi pemerintah juga tutup sebagai ungkapan belangsungkawa dan memberi penghormatan terakhir kepada Romo Butch yang dikenal ramah, dan memiliki semangat pelayanan dan berkorban bagi umat di keuskupan Kiunga, khususnya di daerah yang sangat terpencil. Masing-masing umat membawa makanan dan memberi makanan untuk para misionaris. Ari Rose, salah satu umat yang hadir dan bersama para misionaris berkata kami sungguh-sungguh merasa kehilangan meninggalnya dua misionaris secara tragis dari pesawat tersebut. Sedangkan di beberapa paroki di mana Suster Daughter of Wisdom berkarya, umat juga datang mengucapkan belangsungkawa dan berdoa bersama para suster. Selama beberapa hari umat tetap bersama para misionaris monfort, berdoa dan memberikan dukungan kepada mereka. Kehadiran umat memberi pesan yang berharga tentang arti dan makna solidaritas. Kedua misionaris yang meninggal itu akhirnya dimakamkan di dekat Gereja Katedral lama.

Sedangkan Bapak uskup Gilles Cote, saat peristiwa jatuhnya pesawat itu masih seorang Romo muda berbaring di rumah sakit dalam keadaan luka terbakar di tubuh dan tangannya. Hari-harinya di rumah sakit merupakan hari-hari penderitaan. Beliau tidak dapat tidur dengan nyenyak, tidak hanya karena menahan rasa sakit, tetapi mengalami pergulatan batin atas peristiwa tragis yang terjadi pada dirinya dan dua orang rekan misionaris yang meninggal dunia tersebut. Pergulatan batinnya bermuara para pertanyaan “mengapa Romo Butch yang meninggal dan bukan aku? Mungkin ini sebuah pertanyaan menggugat, atau juga mungkin sebuah tanda penyelesan mengapa romo Butch terlalu cepat meninggal dunia pada hal tenaganya masih dibutuhkan oleh umat dan keuskupan? Namun akhirnya Romo Gilles Cote, smm, sampai pada permenungan bahwa sebenarnya misinya belum berakhir. Ia dapat selamat dari pesawat merupakan rencana Tuhan bagi hidupnya karena Tuhan sedang mempersiapkan dia untuk sebuah rencana besar. Rencana Allah bukanlah rencana manusia, jalannya Allah bukanlah jalannya manusia. Apa yang manusia pikirkan sebagai suatu malapetaka atau kegagalan, namun Allah justru menggunakan cara itu untuk suatu maksud tertentu. Dalam proses penyembuhan, Romo Gilles Cote memilih kembali ke Kanada. Setelah satu tahun mengalami proses penyembuhan atas peristiwa traumatis, dia kembali lagi ke keuskupan Kiunga melanjutkan karya perutusannya dan pewartaan injil dengan semangat giat, sampai akhirnya dia diangkat menjadi uskup kedua untuk keuskupan Kiunga. Wilayah keuskupannya merupakan daerah karya yang paling luas, sekaligus wilayah keuskupan yang paling miskin, karena sarana transportasi yang sangat terbatas, dan akses tempat tinggal umat yang sangat menantang dan jauh. Peristiwa jatuhnya pesawat secara tragis itu merupakan titik awal bagi dia untuk menjadi seorang imam dan uskup yang rendah hati.

Simplisitas Hidup

Sebagai seorang Monfortan, gaya kepemimpinan bapak uskup Gilles Cote sungguh-sungguh dijiwai spiritualitas Santo Monfort yang mengatakan bahwa jika kita tidak mampu mengambil resiko untuk Tuhan, kita tidak dapat melakukan apa pun juga untuk Tuhan. Ia tetap ingat jatuhnya pesawat itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan dan tragis, tetapi untuk Tuhan dia berani mengambil resiko apapun yang dialami dalam karya dan pengembalaannya sebagai seorang uskup. Ia menjadi seorang pribadi yang rendah hati dan sederhana. Kerendahan hati dan kesederhanaannya ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya. Ia melayani siapa saja yang datang ke keuskupan. Setiap kali dia selalu melayani para tamunya, menyiapkan piring, sendok, gelas, bahkan mencuci piring bersama para romo atau bersama para tamu. Suatu potret hidup seorang uskup yang simpel dan rendah hati. Rumah keuskupannya sangat sederhana, dan terbuka untuk siapa saja yang ingin bertemu dengan dia. Ia sangat dekat dengan setiap orang terlebih dengan orang miskin, bahkan ia berani berjuang untuk membela hak-hak orang-orang miskin. Beberapa kali dia berbicara sangat keras terhadap pemerintah, dan perusahan yang kurang memperhatikan hak-hak masyarakat sipil. Ia juga berbicara di tingkat internasional terhadap hak asasi dan martabat kaum pengungsi. Ia melakukan kunjungan ke semua paroki-paroki di keuskupan Kiunga. Biasanya ia memilih paroki yang sangat terpencil, dan sulit dijangkau dengan berjalan kaki berjam-jam. Umat merasa gembira karena gembala umat datang mengunjungi mereka, meskipun mereka tinggal di gunung, atau di daerah terpencil. Umat merasa dihormati dan dihargai, karena bapak uskup tinggal di rumah mereka yang sederhana, makan sagu, dan pisang, bahkan kadangkala harus tidur di tengah hutan bersama umatnya. Umat merasa disapa, dan diteguhkan iman dan harapan mereka. Ia bahkan pergi mengunjungi sebuah daerah yang sangat terpencil di mana umatnya menderita penyakit kusta, tidak tersedianya fasilitas kesehatan, air dan makanan sangat sulit didapatkan. Kehadirannya di tengah umat memberi pesan yang berharga. Kedekatannya dengan orang miskin merupakan cermin dari penghayatan hidupnya sebagai seorang monfortan. Maka beliau selalu mendorong para imam dan petugas gereja untuk mengadakan kunjungan umat, khususnya di daerah yang sangat terpencil. Ia mengetahui bahwa untuk melakukan kunjungan umat menghabiskan biaya yang tidak sedikit, dan meminta pengorbanan yang ekstra, karena medan karya pastoral yang sangat berat di setiap paroki. Akan tetapi dia selalu membesarkan keyakinan para petugas gereja bahwa melakukan kunjungan langsung, menyapa, mendengarkan kerinduan hati umat adalah suatu bentuk pewartaan iman yang menyapa hati mereka. Umat merasa diperhatikan kebutuhan hidup rohani. Ini adalah bentuk kemewahan umat karena gembala umat datang bertemu, berbicara, makan bersama dan melayani mereka.

Trust in God

Suatu saat, kami diajak oleh Bapak Uskup untuk mengunjungi kuburan Romo Butch, smm dan Sr. Pierette, dw dibelakang gereja katedral lama. Ketika kami semua berada di pusara, bapak uskup mengajak kami berdoa untuk mereka yang sudah dipanggil oleh Allah. Ia menunjukkan kepada kami pusara kedua misionaris yang meninggal akibat kecelakaan tragis pesawat terbang. Disitu tertera tanggal, 19 januari 1990, tanggal di mana pesawat mengalami kecelakaan setelah tidak dapat naik dan menghantam ranting pohon besar dalam keadaan terbakar, dan akhirnya jatuh di sungai. Selesai berdoa, masing-masing romo datang mendekat ke pusara Romo Butch, smm and Suster Pierette, Dw. Saya tidak tahu pergulatan apa yang dialami oleh masing-masing romo yang mengunjungi pusara para misionaris yang meninggal itu. Namun, ingatan sejarah akan jatuhnya pesawat itu tetap dikenang, karena mengisahkan tentang heroisme para misionaris yang memberikan diri mereka secara total untuk pelayanan umat di Western Province dengan segala kesulitan dan tantangannya. Kesulitan dan tantangan itu masih akan dihadapi oleh para pelayan yang melayani umat di keuskupan Kiunga. Sulitnya sarana transportasi, bentuk kemiskinan umat, dan tempat tinggal umat yang sangat terpencil masih juga dirasakan sampai saat ini. Namun, kesetiaan para pelayanan masih tumbuh dan mekar di sana , karena keyakinan dan kepercayaan yang teguh kepada Allah. Saya ingat pesan Paus Benediktus XVI, pada pekan doa sedunia untuk panggilan yang ke-46, tanggal 3rd May 2009, beliau mengatakan “dear friends, do not become discouraged in the face of difficulties and doubts; trust in God and follow Jesus faithfully and you will be witnesses of the joy that flows from intimate union with him. Imitating the Virgin Mary whom all generations proclaim as blessed because she believed (cf. Luc.1:48), commit yourselves with every spiritual energy, to realize the heavenly Father’s plan of salvation, cultivating in your heart, like her, the ability to be astonished and to adore him who is mighty and does “great things”, for Holy is his name (cf. Luc. 1:49).

Mungkin tidak banyak yang tahu tentang jatuhnya pesawat kami, tetapi untuk itulah sejarah ditulis ulang, hendak mengingatkan kami bahwa jatuhnya pesawat itu tetap dikenang, karena ini merupakan bagian dari sejarah bagaimana Injil tentang Tuhan Yesus tetap diwartakan sampai saat ini. Dalam mewartakan kasih tentang Tuhan Yesus, berbagai kesulitan dan tantangan masih selalu kita hadapi, dan mungkin sejarah akan mencatat semua pergulatan itu, mungkin hanya bersifat pribadi, tetapi mungkin juga akan dibagikan. Saya memilih untuk membagikan sejarah ini, karena ini momentum untuk melihat dan belajar ulang seperti yang dihayati dan diimani oleh Santa Perawan Maria.

Apr 26, 2009

Renungan Inspirative


Merobek Dinding Ketidakpedulian

Masuki National History Museum di Locust Steet Philadelphia , saya tersentak oleh satu sudut berupa dua ruangan atas bawah. Yang di atas berisi kamar remang dengan tempat tidur bersprei coklat gelap. Ruangan bawah yang lebih gelap berisi lima lelaki berwajah putus asa. Mereka adalah lima lelaki Yahudi yang dikejar tentara Nazi untuk di bunuh. Dua ruangan atas bawah itu adalah rumah keluarga Puchalski, keluarga katolik Polandia yang menyembunyikan lima pelarian itu. Mereka membiarkan anjing, ayam, bebek, masuk kamar atas untuk mengecoh tentara Nazi Jerman. Berharap kalau tentara Nazi masuk ruangan itu mereka akan cepat mendengar suara ayam, anjing, kambing, bebek, serta mecium bau tak sedap tahi ayam dan segera meninggalkan tempat. Benar, beberapa kali tentara masuk kamar atas, mereka terkecoh. Lima lelaki di ruang bawah tersebut selamat. Salah satu dari lima pelarian itu adalah Felix Zandmand, yang puluhan tahun kemudian menceritakan kepahlawanan keluarga Puchalski untuk menyelamatkan mereka.

Sungguh indah, keluarga Puchaski tidak ada hubungan apa-apa dengan lima pelarian tadi, tetapi mereka mempertaruhkan diri untuk menyelamatkannya. Sekian banyak orang tak berani bertindak apa-apa karena kepentingannya terancam. Puchalski menjadi contoh luar biasa bagi setiap orang yang berani merobek dinding ketidakpedulian (bystander apathy atau civil inattention) yang sering melanda manusia jaman ini. Di sekitar kita ada sekian banyak keluh kesah dan kisah sedih yang meminta simpati kita. Mungkin kita diam, berpura-pura tidak tahu. Sebaliknya, bisa juga dengan segala keterbatasan kita merobek dinding apathy kita dan mengubahnya menjadi simpathy (turut seperasaan) dan emphathy (menyelami perasaan, turut ambil bagian dengan cara kita, untuk meringankan beban mereka yang memerlukan). Yesus telah mengambil semuanya. Kematian Yesus membuktikan bahwa ia tanpa kompromi untuk masuk memahami hati manusia dan menyelamatkannya, tanpa peduli dari mana mereka semua berasal. (parnoignatius)


Apr 24, 2009

Foto Kenangan

photo si mbah..waktu bimbing retret di cibadak sukabumi 1990..

Mar 13, 2009

Renungan: Berhentilah Mengeluh!

Pantaskan kita mengeluh ? padahal kita telah dikaruniai sepasang lengan yang kuat untuk mengubah dunia. Layakkah kita berkesah ? padahal kita telah dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan kita membenahi sesuatunya.
Apakah kita bermaksud menyia-nyiakan semua itu, lantas menyingkirkan beban tanggung jawab dari pundak kita ?
Jangan ! jangan biarkan semua kekuatan yang ada pada diri kita terjungkal hanya karena kita berkeluh kesah. Ayo, tegarkan hati. Tegakkan bahu. Jangan biarkan semangat hilang hanya karena tak tahu apa jawaban atas persoalan kita.
Jangan biarkan persoalan menghujamkan keunggulan kita. Ambillah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua alam raya yang ada dalam benak kita. Lalu temukan lagi secercah sinar dibalik awan galaksi. Dan , mulailah ambil langkah baru.
Sesungguhnya, ada orang yang lebih berhak mengeluh dibanding kita. Sayangnya suara mereka parau tak terdengar, karena mereka tak sempat lagi mengeluh. Beban kehidupan yang berat lebih suka mereka jalani dari pada disesali. Jika demikian, apakah kita lebih suka mengeluh daripada menjalani tantangan hidup ?

Wisdom of the day
” Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah kekuatan itu sendiri. ” ( Franklin D. Roosevelt )

Sehr erfreut,
William A.
Football Development Dept.

Renungan: Mengasah Diri

Penebang mengasah kapaknya. Pemburu mengencangkan busurnya. Penulis meraut pensilnya. Mereka harus memperbaharui peralatan-nya. Ini adalah prinsip sederhana tentang produktivitas.
Tak banyak pohon yang bisa ditebang oleh kapak yang tumpul dan aus. Tak ada buruan yang mampu ditaklukkan oleh busur yang renta. Tak sebuah kata bisa tertulis dari pensil yang patah. Maka, apa yang harus kita asah agar tetap meraih kehidupan pribadi dan kerier yang penuh dan berlimpah ?
Kita memiliki sosok tubuh yang pasti renta terkikis usia. Juga kecerdasan yang segera tak banyak berarti tertinggal kemajuan jaman. Serta sekepal hati nurani yang mudah diburamkan oleh debu-debu dunia.
Maka, tiada yang patut kita rawat selain tubuh agar senantiasa menjadi rumah yang nyaman bagi jiwa. Tiada yang perlu kita asah selain pikiran dan ketrampilan agar selalu dapat digunakan untuk membuka pintu kemakmuran. Serta, tiada yang harus kita pertajam selain hati nurani yang memungkinkan kita mendengar nyayian kebahagiaan hidup ini.
Wisdom of the day
”Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun, ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” ( Soekarno )

Sehr erfreut,
William A.
Football Development Dept.

Renungan: SERANGAN DARI DALAM

Gedung tertua di San Francisco, Mission Dolores, memiliki riwayat unik. Bangunan yang didirikan pada 1791 ini mampu bertahan melewati empat gempa bumi besar, termasuk gempa bumi dahsyat 1906 yang meratakan sebagian besar kota tersebut. Ironisnya, gedung itu malah nyaris ambruk karena digerogoti sejenis rayap pada 1990-an.Riwayat Mission Dolores mengingatkan kita pada kisah hidup Simson. Ia hakim Israel yang terkemuka karena kekuatan dan keperkasaannya. Ia pernah membunuh singa dengan tangan kosong dan berkali-kali mengalahkan bangsa Filistin seorang diri. Tragisnya, ia justru terkulai karena bujuk rayu perempuan yang merupakan mata-mata musuhnya. Hawa nafsu membuat pandangannya lamur, tidak sanggup mengenali karakter Delila yang sesungguhnya.

Rengekan Delila pun meruntuhkan pertahanannya, sehingga ia membeberkan rahasia kekuatannya (Hakim-hakim 16: 17). Ia, yang secara gagah berani menghalau musuh-musuh yang menyerang dari luar, jatuh akibat hawa nafsu yang merapuhkan hatinya dari dalam.Kita masing-masing juga rentan terhadap kecenderungan serupa. Kita mungkin gigih mengatasi kebangkrutan bisnis atau kegagalan berprestasi-tantangan hidup yang berasal dari luar. Namun, apakah kita gigih pula mewaspadai hawa nafsu, ketamakan, amarah, atau kelemahan lain yang merongrong kehidupan kita dari dalam? Walaupun tampaknya sepele, apabila tidak dikendalikan, masalah itu dapat merusak kehidupan kita. Karena itu, kita perlu mengenali kelemahan tersebut, mengakuinya di hadapan Tuhan, dan memohon anugerah untuk mengatasinya.

~~ SEDIKIT-SEDIKIT LAMA-LAMA MENJADI BUKIT
JUGA BERLAKU UNTUK MASALAH-MASALAH KECIL YANG TAK SEGERA DIATASI ~~
Sumber:
Renungan Harian
Penulis: Arie Saptaji

Dialog: Rm Parno & Arnoko

Rm Parno CM Bertanya:
Halo Arnoko dan teman-teman, pakabar? Bagaimana perkembangan beasiswa seminari, adakah cerita pemanfaatannya? Kemaren tuh aku gak nyimak sepenuhnya, apakah dana beasiswa jadi dipakai untuk memenuhi pembelian kompor? Salut bahwa teman-teman bergerak cukup cepat. Bukan berapanya, tapi sambungan batinnya dengan seminari. Aku masih ingat persis ketika seorang mantan seminaris bogor, yang lulus dengan wajar, setelah satu tahunan dia kecewa banget, maki maki seminari. Aku sampai gak habis pikir. Tetapi karena aku sekedar mau bersahabat dengannya ya saya dengarkan saja.

Aku sering pingin dengan kabar dari romo seminari tuh karena pingin tahu trend pemikiran mereka untuk para seminaris, pingin denger cerita suka dukanya para seminaris. Aku ini CM, tapi memang gak punya sambungan sejarah pribadi dengan seminari Garum. Kadang kepikir untuk terus berbakti pada seminari tempat aku dibesarkan. Terakhir aku ke Bogor adalah waktu tahbisan, sepuluh tahun lalu. Aku memang diperkenankan untuk ikut misa harian di kapel, tapi gak ada kesempatan berkenalan dengan seminari di ruang makan atau di manapun. Memang seminari stella maris menjadi terasa anonim, tapi aku tetep mencintai. Aku tak bisa menghapus kenyataan bahwa di sana aku dibentuk. Pendidikan lucu yang besar pengaruhnya dalam hidupku adalah cara audiovisualnya Mbah Wijbrands untuk menanam sensus ecclesiae.

Martin gimana lembaga penelitian atmajaya, lagi sibuk dengan pemilu?
Suryo, kapan jadi putar film di seminari?
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu saya jadi ingat betapa kayanya narasumber bagi seminari Bogor untuk mendaratkan ajarannya ya.
Arnoko, tolong dicek, kalau ada kiriman satu juta untuk beasiswa seminaris atas nama ibu Bernadette Juanita Palma dua hari lalu itu dari aku. Tolong tambahkan untuk beasiswa anak-anak.

Selamat berkarya semua.
parno


Arnoko Menjawab
Matur nuwun sanget Romo atas partisipasinya dan seluruh doa yg Romo panjatkan utk usaha2 kami.Dana yg terkumpul kemarin sekitar 11 jutaan dan yg terpakai utk kompor 8 juta, jadi saat ini masih tersisa 3 jutaan. Sisa ini akan kami salurkan utk dana beasiswa seminaris, seperti rencana awal kita dulu.Terimakasih jg atas masukan dananya lg.

Saat ini baru sy sadar, ternyata mengelola seminari tdk mudah, apalagi dg biaya yg minim dan hasil (output) yg, menurut banyak orang luar, tidak jelas. Suatu lembaga Gereja, pendidikan calon imam, yg hanya menghasilkan sangat sedikit imam, namun memerlukan biaya yg sangat besar ! Sy tdk tau, kenapa kemudian muncul opini demikian.

Bagi saya pribadi, panggilan adalah unik. Walaupun sebagian besar seminaris tdk sampai jenjang tahbisan, tp dpt sy katakan, hampir seluruh tmn2 eks tersebut, memiliki moral Gereja dan kesetiaan yg sangat besar dan dalam thp Gereja Katoliki. Menurut sy, inilah hakekat tempat persemaian ! Penumbuh generasi baru Gereja, sehingga tongkat estafet tetap berjalan. Kondisi ini mungkin hanya dpt dirasakan oleh kita yg pernah hidup didalamnya kali, sementara dunia luar tahunya jadi.
Mengenai seminaris yg nakal2, sy pikir, itu adalah bagian dr perkembangan menuju kekedewasaan iman. Pd saatnya kondisi tsb akan berbalik arah. Kita semua pun pernah merasakan menjadi nakal bukan ?Saat ini, total ada 83 seminaris aktif.Secara fisik, keadaan gedung semakin menarik dan pepak. Berkat kegigihan komitmen Romo Rektor dlm mengelola seminari.

Mar 5, 2009

Kisah Pengembaraan Om Roland Selepas Membiara

Buat teman-2 semuanya, kalau memang ada yang mau simak pengalamanku ini silahkan saja, soalnya bisa jadi pelajaran di kemudian hari. Kita jangan minder or pesimis, apalagi apatis.
Ketika saya keluar dari Seminari Tinggi St. Paulus Bandung, tgl 3 Agustus 1981, Kira-2 Jam 14.00an, saya dijemput taxi ke Buah Batu 178H (Sekarang Jl. Suryalaya No.7), langsung saya masukan semua barang-2 saya ke dalam taxi, terus saya meluncur ke Jakarta. Tujuannya ke rumah saudara, saya tidak berani pulang ke rumah.Karena saya keluar dari Seminari. Pasti dicibir. Ke tempat saudara saya saya mangkal selama sebulan, bengong-2 enggak ada kerja.Singkat cerita saya dipekerjakan diperusahaan kontraktor saudara saya.
Saya bertahan cuma 6 bulan.
Setelah saya keluar dari kontraktor, langsung saya kontak dengan Bruder Winand OFM, beliau memberi saya memo, untuk kerja di perusahaan radio telepon (Jualan SSB untuk kapal layar dan Jual Handy Talky untuk Jasa Marga) Si Oom Nathan (Pemilik), bingung: "Bekas romo mau dikasih pekerjaan apa ya? engga ada yang cocok!" katanya. Dia maksa saya jualan SSB (semacam alat komunikasi jarak jauh). Seumur hidup saya belum pernah lihat barang itu lalu saya harus jual, kalau engga jual, engga makan. Saya tinggal di kantor, tidur di meja yang sudah disusun. Maklum belum bisa indekost, karena gak punya duit. Gaji cuma habis pake makan, dan ongkos keliling. Motor dipinjami, pake Honda Z-80?. Baju, tas, dasi, tempat tidur, lemari plastik, kartu nama, dikasih dari boss (Oom Nathan), mulai dari situ dia yang memoles saya jadi salesman.
Setelah setahun engga ada omset yang bagus, saya pindah ke LSM (Bina Swadaya-Trubus) . Saya jadi pelatih dan pembina koperasi para peternak ayam di kawasan Cimanggis, (Bayangkan dari salesman pindah ke pekerjaan sosial!)
Dari situ mulai Tidak Betah, pindah divisi ke Trubus, jadi salesman Iklan (Account Executive) sebenarnya di sini tambang emas. Kalau ditekuni.
Terus pindah lagi ke Gramedia Pustaka Utama, jadi salesman buku bahasa Inggris, disini engga betah juga, terus pindah divisi baru UPBS (Unit Paket Buku Sekolah) sekarang Grasindo (saya salah satu perintisnya), masih engga betah juga, saya pindah seksi dari salesman ke bidang LAY OUT (urusan pracetak) Aneh 'kan... tapi saya bisa kerjakan semuanya itu. Bayangkan dalam setahun saya terima 6 SK (Surat Keputusan /Pengangkatan, karena sering pindah-pindah seksi).
Akhirnya saya ditawari pindah ke luar Gramedia grup, ketika itu saya di Australia bawa rombongan (IKAPI-ikatan penerbit) ketemu pemilik penerbit buku asing Periplus, Disini saya jadi banyak jabatan yang dirangkap ada 4 jabatan (Personalia, kartografi (pembuatan peta), Penerbitan buku, Produksi) Di sini saya ketemu Yohanes Mogo dan Heru. Fasilitas bagus, gaji bagus. Tapi stressnya minta ampun, suruh pecat orang sampe 20-an. Kayak apa stressnya, sampe kepengadilan segala. Lalu kalah di pengadilan. setelah itu saya keluar. (1 Mei 2001). Mau bikin penerbit (karena terhasut teman di Ikapi, lalu gagal jadi penerbit, setelah pesangon hampir habis, cepat-2 cari batu loncatan.
Karena saya ikut berorganisasi di Pemuda Katolik (jabatan terakhir sebagai SekJend DKI), saya ketemu mantan Anggota DPR di gereja, beliau membawa saya ke perusahaan peternakan ayam (Sierad Produce Group). Saya membantu beliau sebagai asisten. Selama di Sierad, di rumah bikin roti sendiri, terus dijual dari warung ke warung.Suatu ketika saya dipindah lagi sebagai asisten Boss atau pemilik atau orang nomor satu (Ini jabatan paling enak karena semua Direktur kalau mau ketemu boss, harus lewat saya, jadwal boss saya yang atur, sampe boss makan obat pun saya yang ingatkan.). Tapi sayang sekali jabatan tersebut hilang karena saya engga tahan stress, harus kerja 24 jam,berat badan turun 6 kilo, tidak ada libur, kalau boss panggil harus siap. Saya nekad, boss saya bantah. Akibatnya saya kalah. Keluar.!
nah dari sini saya engga dapat pesangon, karena cuma 3 tahun kurang 2 bulan, jelas engga ada pesangon. Tidak sesuai peraturan Pemerintah.!
Saya ke Amerika (Dapat Visa nya gampang, padahal lagi ketat-2nya, berkat Tuhan), nekad kerja dan numpang hidup dengan adik di sana. S Sebelunya "ngegembel" di Atlanta sebulan, terus pindah ke LA (rumah adik)... Di Amrik LA, barang-barang berharga saya sempat di jarah. (isinya passport, tiket kembali, uang, kamera) beruntung saya dapat menangkap malingnya kembali. Aneh ya.... Saya kejar pake kaki, seperti di film. Akhirnya berhasil ketangkep, maling saya lepas, setelah barang-2 dikembalikan. Tapi saya engga betah lagi karena pisah dengan keluarga di Indonesia. terus pulang, dan nekad hidup di Bekasi. Pulang dari Amrik beli gerobak, buka bubur ayam dorong, jualan di pinggir jalan, namanya bubur ayam Lintara (cita-cita Lintas Nusantara), gerobak bubur dijual karena isteri kembali ngajar jadi guru tetap di SD Kristen. Saya buka konfeksi jahit, jasa lay out dan cetak Sampe sekarang. Selain itu juga, sekarang saya ngasih kuliah fotografi di Politeknik UI Depok, dan IPB (kelas khusus anak-anak yang slowner alias rada jauh IQnya.) Motivasi saya ngajar agar tidak cepat pikun dan tetap memberi ilmu kepada orang lain. Semua itu cuma satu, agar lebih fokus dalam kerja, dan tekun, serta jangan lupa berdoa. Cuma kekuatan doa itulah yang sekarang ini bikin saya jadi lebih tegar.
Semoga pengalaman saya ini dapat diambil hikmahnya agar teman-2 jangan pesimis, lebih fokus, harus ulet, tekun, jangan menyerah, kerja keras. God Bless U all. salam, roland ( Bogor 1971-1977-Bandung 1977-1981)

Mar 4, 2009

Hidup itu Anugerah!

Hi kempul mana temen u si gong itu?hahaha julukanya lucu. Meskipun kita tidk pernah saling ketemu dan berekanalan tetapi kita tetap satu didalam SM tentunya dengan Kristus Tuhan kita.
Mengapa kempul minder dengan banyaknya temen2 menjadi pastor? Jadi apapun itu adalah suatu anugerah hidup yang diberikan Tuhan kepada setiap individu. Kalau kita pikirkan dan renungkan dalam-dalam sebenarnay menjadi katekis itu adalah sangat mulia karena melalui seorang katekis seseorang bisa menjadi mengenal Kristus lebih dalam dan akhirnya diimani. Tanpa katekis Gereja Katolik tidak akan pernah berkembang, jangan lupa dalam sejarah gereja banyak orang menjadi percaya dan Gereja Katolik bisa berkembang di daerah2 yang sulit itu karena jasa seorang katekis, bukan jasa seorang pastor. Baru setelah jemaat mulai berkembang barulah diutus seorang pastor untuk melayani sakramen. Jadi sebenarnya talenta seorang katekis yang sangat mulia lebih dari seorang pastor seperti peran para guru2 pada umumnya.
Kebanyak orang melihat hidup seorang pastor itu enak dari previlagenya saja, tetapi sebenarnya tugas yg amat berat karena pastor itu yg harus menajga domba2 dan menghantar mereka sampai ke gerbang keadadian bersama Kristus, maka jika seorang pastor dalam menjalankan tuas kegembalaannya itu tidak bertanggungjawab atas keselamatan umatnya alias pastor yang lalai akan tugasnya melayani umat dengan lebih mengedepankan privelagenya, jiak diperlukan umat tidak langsung dilayani melainkan alasan sibuk dengan tugas2 komisi or lainnya. Padahal tugas utama seorang pastor adalah melayani umat, jika tugas2 komisi itu juga unt umat tetapi itu adalah pekerjaan yg berikutnya bukan yang utama. Hal ini sering menjadi keluhan dari umat, dan akhirnya umat pada kecewa sehingga pindah gereja. Itu adalah tanggung jawb moral seorang pastor jika ada dombanya pergi, bukan salah dombanya tp salah pastornya yang lalai dlam melayani umatnya. Maka kempul u tidak usah gelisah bahkan irihati melihat seorang pastor, jika u dapat menajadi seorang katekis yang sangat dicintai oleh para murid dan ingat menjadi katekis jangan karena materi melulu tp kepuasan batin yg utama yaitu ikut serta dalam karya penyelamatan Kristus secara real bukan hanya berkotbah saja.
Disini saya tidak bermaksud hendak melecehkan peran seorang pastor tetapi ini adalah suatu realita yang memang benr terjadi dalam kehidupan gereja kita, pastor dilihat hanya sebagai sesuatu yang hebat ttapi dalam kehebatannya itu ada suatu tanggungjawab yang sangat hebat juga, jadi seimbangkan. Siapa yang mendapat banyak akan diambil juga lebih banyak dari dirinya. Yang penting jadilah dirimu sendiri sesuai dengan kemampuan dan bakat yang diberikan oleh Tuhan kepadamu, jangan ingin jadi orang lain yang belum tentu dapat membahagian seperti yang kita lihat lewat mata dan sering menipu..
Kempul ini bukan nasehat lho tp ak mendorong dirimu untuk menjadi dirimu saja bukan menjadi diri orang lain, enak bagi orang lain belum tentu enak untk dirimu sendirikan. Ok sukses aja deh dan nikmati saja pekerjaan yang u jalani.
Salam dariku
Antonius Wongso, angkatan 1986

Sharing Pengalaman sbg Katekis di Nias

sobat2

Senang kalo boleh bagi pengalaman dengan katekis... Pengalaman di jawa memang kurang biasa bahwa tugas katekis terasakan manfaatnya, selain hanya sebagai guru agama. Saya ngalami 6 taun di tanah misi domestik pulau Nias, tugas katekis begitu amat sangat dibutuhkan meskipun gereja (sebagai paguyuban umat beriman) masih bisa memperhatikan mereka lebih baik. Kami harus berjalankaki 3-4jam untuk sampai stasi tujuan, setelah sampai dan membersihkan diri dan makan seperlunya mulailah tugas pelayanan dimulai, sementara kami melaksnakan tugas sakramental pertobatan dan mempersiapkan ekaristi, katekis menjalankan tugas administratif dan pewartaan, mulai dengan data administrasi di-update untuk tau per 3-4bln data lahir-baptis-mati-merantau-dsb. Setelah data2 selesai dikoreksi, katekis mulai mengajar (sering sampai berbusa-busa mulutnya 'ngocoblak' diselingi nyanyian penghibur) yang biasanya sekitar 1-2jam! Coba sapa yang tahan selama 2 jam ngomong dengan segala variasinya, romo-nya hanya bicara yang sama sekitar sakr tobat, tapi katekis harus tahan bicara sampai 2 jam. Tapi ketika selesai sakr tobat, katekis istirahat, romonya melanjutkan dengan ekaristi dengan bahasa daerah.
Nah, itu baru kegiatan rutin kunjungan stasi. Kalau terjadi permasalahan di stasi, katekis wilayah dan katekis paroki yang paham permasalahan, latar belakang dan kemungkinan solusi paling baik harus menghadapi duluan. Di daerah yang masih lebih rawan kejahatan perampokan mungkin katekis perlu membela dirinya, bahkan pernah sekali waktu dalam perjalanan ke paroki menghadiri misa krisma dengan uskup setempat, seorang katekis melawan perampok kambuhan yang untungnya perampok yang kalah tapi sang katekis terpaksa diamankan ke polsek demi keamanannya, juga menghindari balas dendam. Pengalaman dengan katekis di daerah yang luar biasa berani dan penuh resiko demi mencapai nilai2 kristiani jaman sekarang sudah makin luntur. Makin berkembang pelayanan pastoral tapi lebih sering ngga didukung perkembangan nilai2 duniawi. Ya ujung2nya hanya bisa mohon doa dan dukungan semuanya bahwa ini kerja kita bersama...

adi osc

Mar 3, 2009

Serah Terima Kompor Seminary


Tanda Terima Sumbangan Kompor


Serah Terima Kompor

Rekan2, sesuai dengan schedule yang telah di tetapkan, maka penyerahan sumbangan kompor SM dapat terlaksana pada hari minggu 01/03/09.
Alumni SM yang hadir :- Yohanes Koda Mogo- Anton "Bheler"- Cornelis Luntungan- Rm. Yoyon CM- Rm. Ferry OFM- Dimas H- Danang- Prastyo "Bonsay"- Reynold Sahat- Bayu "Komo" --> telat hadir- FX Arnoko --> telat hadirSerah terima diwakili Fr Arie Pr dikarenakan para romo di seminari sedang ada acara yang bersamaan.
Serah terima kompor dengan perincian sbb :- 4 Kompor- Rak kompor- 6 tabung gas - 1 tabung pemadam kebakaranPemakaian dana akan kami lampirkan secepatnya, masih di kalkulasikan.Terima kasih atas support & kerjasama rekan2 sekalian atas realisasi sumbangan kompor SM ini. What Next?
Salam,B Dimas Handoko

Mar 2, 2009

Renungan Inspiratif!

Saat awan mendung, selalu saja ada harapan, terbentanglah harapan kan bersinar pelangi yang indah!Saat hati mendung, selalu ada harapan akan hadirnya Roh Tuhan yang memberikan harapan dan gairah serta semangat baru!Saat ada banyak pertanyaan yang tidak jelas untuk diriku, selalu ada saja jawaban yang membuatku bangkit dari keterpurukan!Saat ada banyak kebencian yang menyelimuti aku, karena ketidacocokanku, perbedaan pendapat dengan temanku, selalu ada harapan untuk berdamai kembali dengannya!Saat ada banyak rasa enggan untuk bertemu dengan temanku, di situlah ada harapan untuk mencari dia dan lebih dahulu menyapanya, "Halooo, pa kabar?"Saat ada banyak kebosanan, di situlah ada banyak saat untuk mencari kesegaran baru dalam Tuhan, Sang Air Kehidupan!Saat ada banyak kegelisahan tak menentu, di situlah, kusadari aku sendiri tidak bisa mengandalkan diri sendiri, melainkan ada saat untuk mencari Tuhan, harapan satu-satunya masa depanku.Saat ada banyak keragu-raguan untuk melangkah, selalu ada kesempatan untuk berani melangkah di tengah ketidakpastian, karena dalam ketidakpastian ada saat untuk berharap, juga kalau tidak ada alasan untuk berharap sekalipun.Saat ada rasa nyamanpun, di situlah kita terbuka untuk menyadari ada banyak ketidaknyamanan di dunia ini, karenanya biarlah rasa nyaman dalam dirimu tidaklah perlu terus menerus dialami.Saat ada kepastian jaminan masa depan karena ada banyak kekayaan,janganlah lupa bahwa akan timbul tenggalam banyak kekuatiran kalau harta kita hilang, ada gejala kita menjadi tidak mudah murah hati karena ketakutan harta kita berkurang... !Saat ada banyak pujian untuk dirimu, janganlah lupa bahwa ada banyak orang yang tidak mendapatkan pujian padahal mereka sudah bekerja keras untuk kepentingan banyak orang!Saat engkau senang memakai baju yang baru dengan harga yang mahal, janganlah lupa ada banyak karyawan buruh pakaian yang masih belum kecukupan.Saat engkau makan enak, janganlah lupa dengan banyak orang yang masih kesulitan untuk makan saat ini, karena itu, janganlah engkau bangga bila mengatakan, "sekarang kita mau makan di mana?"Saat engkau bisa tidur pulas di atas kasur yang empuk, ingatlah ada banyak orang tidur di manapun mereka bisa merebahkan punggungnya yang kecapekan karena berjuang keras mencari makan seharian. Semoga makin banyak orang menemukan rahmat Tuhan di tengah kenyataaan yang pahit sekalipun.Warm regards!

Renungan Bulan Maret

Senin , 2 Maret 09
Mat 25:31-46
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Simak kisah klasik ini: seorang raja menyamar menjadi rakyat jelata. Ada yang memaki, ada yang cuek, ada yang baik padanya. Semua baru terbelalak ketika terbuka rahasia bahwa rakyat jelata tadi adalah raja mereka sendiri. Dengan jelas Yesus mengenalkan diri dengan mengidentikkan diri dengan kaum miskin di sekitar kita. Mungkin sulit bagi anda untuk percaya, namun inilah cara Tuhan. Renungkan dengan cerita raja tadi, amati perasaan anda terhadap Yesus, bertanyalah sikap apa yang mestinya kita tunjukkan kepada si lapar, haus, kesepian dan tersingkir disekitar kita?

Selasa, 3 Maret 09
Mat 6:7-15Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
Coba kita Cuplik akhir dari doa yang diajarkan Yesus ini. Betapa besarnya arti pengampunan kita, sehingga menjadi syarat untuk bisa diampuni Tuhan. Renungkan apa yang akan dialami oleh orang yang mampu mampumengampuni. Ia akan terbuka hatinya, ia tak berpatokan pada dendam tetapi pada kehidupan yang lebih agung di dalam Tuhan. Orang yang mampu mengampuni adalah orang yang punya visi akan relasi yang mulia antar manusia. Ia adalah orang yang berjiwa besar. Benarkah pernyataan pernyataan di atas? Uji sendiri.Rabu, 4 Maret 09
Luk 11:29-32
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus
Yesus gemas pada kedegilan masa rakyat yang tak mau bertobat dan malah minta tanda. Jawabnya hanya satu, tanda Nabi Yunus, bahwa ia akan ditelan ikan tiga hari dan dimuntahkan dalam keadaan hidup. Yesus yang akan ditelan perut bumi dan keluar lagi untuk kehidupan baru. Kita boleh bersyukur pada Tuhan karena boleh berpantang dan berpuasa, berdoa dan beramal, mati diri dihadapan Tuhan. Namun jangan lupa menanyakan: Apa kehidupan baru yang akan saya tunjukkan pada Tuhan? Berikan diri pada Tuhan untuk diperbaharui.

Kamis, 5 Maret 09
Mat 7:7-12
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
Pernahkah anda minta tolong seseorang dan ditolak? Bagaimana perasaan Anda? Sebaliknya, apakah anda pernah memiliki teman yang mengatakan: Kalau kamu memerlukan sesuatu, jangan ragu telpon aja?” Bagaimana perasaan anda padanya? Firman Yesus ini adalah salah satu kesaksian akan jati diri Tuhan yang sungguh menyejukkan kita. Ia memberikan diri seutuhnya kepada kita. Tak heran kalau Yesus kadang digambarkan dengan tangan terbuka dan terulur, yang menggambarkan penerimaan dan kemurahan hati. Namun adakah kita berani mencurahkan suka duka kita dan bersandar padanya?

Jumat, 6 Maret 09
Mat 5:20-26
Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Apa maksud Yesus? Apa yang salah dalam diri orang Farisi. Satu hal yang membuat Yesus sungguh menghindarkan kita dari pengaruh ragi farisi adalah karena sikap kaum farisi yang munafik dan kaku, yakni menekankan prestasi keagamaan tanpa membawa dalam sikap yang penuh kasih. Sikap ini diperparah oleh sikap kaku yang tak mau melihat bahkan mencurigai setiap pola kehidupan baru. Adakah anda pernah berjuang untuk hidup baru namun ditertawakan orang? Teguhkanlah hatimu. Hati-hati pula, karena mungkin hati kita yang stagnan, mandeg, tak menunjukkan tekad baru. Kalau kita masih mencurigai setiap tawaran kehidupan baru yang ditawarkan Yesus, itulah saatnya kita bertanya: apakah aku layak masuk Kerajaan Allah? Segarkan hidup Anda di dalam Yesus.

Sabtu, 7 Maret 09
Mat 5:43-48
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Anda bisa menjual suatu benda kalau memang memiliki nilai tambah bagi yang mau membelinya. Apakah nilai tambah anda sebagai pengikut Yesus untuk diterima Bapa di surga? Yesus menunjukkan dengan jelas, kasih yang tak mengenal batas, itulah nilai tambahnya. Kalau kita masih membatasi dengan mengasihi hanya saudara kita, teman kita, kelompok kita, ”geng”kita”, Yesus bertanya: Apa lebihnya? Kasihilah musuhmu, perintahNya. Perintah ini sungguh berat, namun akan menguji kualitas pribadi dan iman kita.
(parign)

Feb 15, 2009

Mengasah Kapak

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu!"
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir penebang pohon itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?" sang majikan bertanya. "Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon," katanya.

Catatan : Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak.
"Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?
Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya.
Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya.

Ayahku Tukang Batu

Action & Wisdom Motivation Training
"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi diperusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawabbekerja sebagai apa.Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya. Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan."Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayahseorang tukang batu," keluhnya dalam hati.Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untukmelakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajakputrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauhdari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putrimengikuti kehendak ayahnya.Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarangmelakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indahkarena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,tetapi keringat ayah ada di sana.Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah punmelanjutkan penuturannya,"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa punpekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putrisegera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.Pembaca yang budiman,Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaandirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diriatas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupidengan identitas dan keadaan yang dipalsukan. Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalamkeadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan danintegritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!Salam Sukses Luar Biasa!!!!Andrie Wongso

Filosofi Angsa

Filosofi Angsa

Kalau anda tinggal di negara empat musim, maka padamusim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin.
Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk
huruf "V"(jangan omes ya!).
Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengaparombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta 1: Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itumemberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepatdi belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burungterbang sendirian.
Pelajaran: Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu denganyang lain.
Fakta 2: Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembalike dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran: Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya.
Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri
daripada melakukannya bersama-sama.
Fakta 3:Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi,
dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran: Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan
memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Fakta 4: Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran: Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta 5: Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar
dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya
terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia
mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka. Pelajaran: Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti
ketika segalanya baik.

Anak Katak & Hujan

anak katak & hujan......

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.
"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.
Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
"Anakku," ucap sang induk kemudian.
"Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai.
Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.
Tiba-tiba angin bertiup kencang.
Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin.
Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan.
"Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan.
Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan."Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar.
Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.
Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa.
Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar.
"Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.
"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai.
"Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya.
Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.
Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan.
Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan.
Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan.
Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi.
Karena hujan yang ditunggu akan datang.
Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Masalah adalah Hadiah

Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkinakan menghindarinya.
Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin akan menghadapinya.
Namun, masalah adalah hadiah yang dapat anda terimadengan suka cita.
Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan di balik setiap masalah.
Itu adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi.
Maka, hadapi dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda.
Tanpa masalah, anda tak layak memasuki jalur keberhasilan.
Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi.
Bukan pula, eraman hangat dimalam-malam yang dingin.
Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.
Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan,matilah aku.
Sesaat kemudian, bukan kematian yang mereka terima,namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang.
Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak kanmenjadi seseorang yang sejati
Sumber : Anonymous

Feb 12, 2009

Renungan Inspiratif: Kembang Bakung

Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya. Ia menjengkeli gurunya. Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: 'Pernahkan engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?' Anak itu menggelengkan kepala. 'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.' Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan dengan penuh hati. 'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang. Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan.' Anak itu memahami maksud ibunya. ___________ -Kembang bakung seorang guru yang mengajar: 'Hidupmu ada di telapakmu sendiri, bukannya dalam genggaman tangan orang lain.'

Renungan Harian

Senin, 9 Februari 09
Mark 6:53-56 Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh
Rangkuman pelayanan Yesus ini serasa sensasional. Namun sesungguhnya berita ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk menjadi berita sensasi mujizat Yesus, melainkan berita kenyataan betapa Yesus mewartakan kabar keselamatan dengan penuh kuasa. Kita sering menggebu seperti memaksakan mujizat Yesus agar terjadi, tetapi apakah setiap sikap kita sungguh meyakini kuasa ilahi Yesus? Keyakinan inilah yang akan penuh daya, membuat jiwa yang kagum akan Yesus, yang lebih dari sekedar pembuat mujizat melainkan Putra Manusia yang penuh kuasa dari Bapa.

Selasa, 10 Februari 09
Mark 7:1-13Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku
Baru saja ditayangkan ke public percakapan dari “The Miracle of Hudson River”, pendaratan darurat pesawat US Air di Sungai Hudson . Pengatur lalu lintas bandara Laguardia meminta Pilot Suly Sullenberger mendaratkan pesawat di bandara terdekat, tetapi pilot mempertimbangkan beberapa hal, tak mungkin bisa menjangkau bandara, ia tak mau menjatuhkan pesawat di tempat padat penduduk, dan ia mau meyelamatkan penumpang. Jadilah ia memutuskan untuk mendarat di sungai. 155 penumpang selamat. Setiap orang akan mengatakan tidak wajar, namun menyelamatkan. Yesus tahu bahwa pilihannya menyalahi aturan setempat, tetapi Ia lebih memikirkan keselamatan umat manusia. Ia menempatkan nilai keselamatan jiwa manusia lebih dari pada hari sabat. Bagaimanakah pilihan-pilihan kita? Apakah hanya kita landasi oleh kebiasaan dan aturan, atau lebih kita landasi dengan tujuan besar, yakni keselamatan umat manusia sekitar kita?

Rabu, 11 Februari 09
Mark 7:14-23
” ......camkanlah, apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Sungguh ironis ketika kita pusing mengatur yang masuk ke mulut kita, dan bebal untuk menyensor yang keluar dari mulut kita. Orang katolik pun ikut bertanya-tanya, kenapa kita menjadi ”omnivora”, sindiran untuk pemakan segalanya. Yesus sangat tegas untuk mengatakan bahwa dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Itulah yang menajiskan kita. Yesus rupanya tak mau berpanjang lebar, karena itu ia mengatakan ”yang bertelinga hendaknya mendengarkan”. Ada yang merasa tak bertelinga?

Kamis, 12 Februari 09
Mark 7:24-30Lalu Yesus berkata kepada perempuan Sirofenesia "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
Siapa tak tersinggung kalau diidentikkan dengan anjing? Perempuan Sirofenesia tadi tidak tersinggung pada kata-kata Yesus, bukan karena ia telah menjual harga dirinya demi kesembuahan anaknya, tetapi karena ia tahu persis cara kerja rahmat Allah yang tak mengenal tuan dan hamba, warga atau orang asing. Kasih Allah bekerja tanpa batas dan perbatasan. Iman besar inilah yang menyelamatkan perempuan tersebut. Anda masih nempatkan banyak batas bagi sesama untuk bisa dekat dengan Yesus hanya karena status hidup mereka atau karena mereka adalah ”orang luar?” Buang cara beriman seperti itu sekarang juga, karena hanya akan menjadi kabut bagi anda untuk menangkap keselamatan yang sesungguhmya.

Jumat, 13 Februari 09
Mark 7:31-37
Sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah.
Biasanya Yesus tak terlalu demonstratif untuk menyembuhkan orang, tetapi untuk yang satu ini Yesus melakukan banyak hal. Yesus tahu bahwa orang ini bisu karena tak bisa mendengar. Yesus memberi petunjuk betapa ia hendak menyembuhkan semua bagian bersama-sama. Benar orang ini bisa terlepas dari ikatan tuli dan bisunya. Yang menarik adalah bahwa orang ini kemudian tak terbendung untuk segera mewartakan Yesus. Kalau anda merasa telah mendengarkan Yesus, apakah anda juga segera mewartakannya, atau tetap membisu?

Sabtu, 14 Februari 09
Mark 8:1-10"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. .................... Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?"
Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?
Kita boleh senantiasa bersyukur bahwa kita punya Tuhan yang penuh kasih seperti ini. Pertanyaanya berlaku untuk kita semua terus menerus “Berapa roti ada padamu?” Jawanlah pertanyaan ini, lakukan sesuatu, dan anda akan melihat betapa belas kasih Yesus akan berulang ketika kita merelakan roti/jaminan hidup kita bagi sesama.
(rmparno)

Renungan: Sembuh Karna Mau Disentuh

Minggu Biasa VI (B/II)
"Sembuh, karna Mau Disentuh"
Im 13:1-2.45-46; 1Kor 10:31-11:1; Mrk 1:40-45


Sebuah luka, pasti sakit sekali kalau kena meja. Biasanya, kalau anggota badan kita terluka, kita akan hati-hati saat berpapasan dengan orang lain, jangan sampai orang menyenggol luka kita. Kalau luka itu sampai tersenggol, apalagi terinjak, kita pasti langsung mengaduh-aduh, atau menahan rasa sakit sambil mengernyitkan wajah. Kadang-kadang kita sengaja menunjukkan ekspresi wajah yang kesakitan itu ke orang lain, supaya orang itu sadar bahwa ia sudah menyenggol luka kita. Dengan kata lain, kalau kita sedang terluka atau sakit, kita itu tidak boleh disentuh oleh siapapun. Kita lalu menjadi untouchable, "tak tersentuh". Kita seperti seseorang yang sakit parah namun mengusir dan mengancam semua perawat yang mencoba merawatnya.

Dari orang-orang yang terluka, baik jasmani maupun hatinya, kita bisa mengamati reaksi yang diperlihatkannya. Sekurang-kurangnya ada dua reaksi. Pertama, ia akan menjauh, mengambil jarak, atau tiba-tiba menghilang. Ia menjauh karena malu dan takut, merasa terkutuk, kotor, dan berdosa. Yang kedua, orang itu sengaja memutus hubungan, tapi lebih karena gengsi, kecewa, dan demi harga diri. Secara tidak sengaja ia akan melemparkan kesalahan pada orang lain, "Saya tidak akan minta tolong kamu lagi!" Kedua reaksi ini muncul dari hati yang terluka karena ditolak, dikritik, dan dikoreksi, maupun juga karena sebuah kesalahan yang sebenarnya tak ingin dilakukannya tapi toh telanjur terjadi.

Orang kusta yang datang kepada Yesus ini hebat sekali! Seandainya kita tahu seperti apa perlakuan masyarakat terhadap orang kusta pada waktu itu, kita pun akan kagum dan menghargai perjuangannya itu. Kitab Imamat (Bac.I) menunjukkan kesulitan dan kehinaan macam apa akan yang dialami kalau orang kena penyakit kusta: "mereka harus berpakaian cabik-cabik, rambutnya terurai, menutupi mukanya dan berseru-seru: Najis! Najis! Memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkampungannya!" Konon, mereka harus membunyikan lonceng kecil kalau mau lewat di sebuah jalan supaya orang-orang di situ bisa menyingkir dari mereka dan meludah dengan jijik. Menyedihkan dan mengharukan! Orang yang sudah menderita karena penyakitnya, masih harus dibuang seperti binatang dan mengutuki dirinya sendiri!

Kalau saja Markus menggambarkan lebih lengkap situasi waktu itu. Orang-orang yang berkerumun di sekitar Yesus pasti panik dan berteriak-teriak karena ada orang sakit kusta yang mendekati mereka. Mereka pasti sudah berusaha mengusir atau melempari batu orang itu supaya jangan mendekat. Terbayang bahwa orang itu tetap merangsek maju karena ia mau bertemu dengan Yesus. Ia mau sembuh! Ia pasti membiarkan batu-batu itu melayang ke muka dan badannya. Ia menahan diri dari hinaan dan ludahan orang-orang yang menghalangi jalannya.

Sekarang kita mengerti mengapa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia benar-benar terharu karena iman orang ini. Ia bahkan lebih lagi membuat takut banyak orang karena kemudian mengulurkan tangan-Nya, dan… menjamah orang itu! (Tidak ada orang yang berani menjamah penderita kusta pada waktu itu. Tindakan ini melanggar hukum!).

Di zaman kita ini, bukan beberapa, tapi hampir semua orang pernah terkena "kusta". Hampir semua orang pernah jatuh dalam kesalahan, pernah terlibat dalam sebuah skandal, pernah berdosa, pernah "habis" hidupnya karena dikucilkan, dijauhi, dan dihina oleh orang lain karena kesalahan yang dilakukan itu. Akan tetapi, berapa banyak yang berani mengambil risiko untuk disembuhkan? Berapa kali kita dengar kata-kata, "Kalau engkau mau, tolonglah aku…"? Berapa banyak yang mau mendekat dan membiarkan lukanya itu disentuh supaya sembuh? Kengerian akan risiko-risiko itu telah membuat kita selalu mundur teratur, memilih tenggelam dalam kesusahan kita, malah seakan-akan berbesar hati karena rela menanggung sendiri segala konsekuensi.

Itu bukan berbesar hati, tapi gengsi. Malu, dan takut—ah, sama saja—terhadap risiko dicemooh dan dicap oleh orang lain. Seseorang pernah menggelapkan uang Gereja. Karena ketahuan, ia dikeluarkan dari kepengurusan. Lalu ia tak pernah kelihatan lagi di Gereja. Ia memilih untuk tidak mengakuinya, tidak minta tolong, dan tidak mau dibantu. Ia akan terus seperti itu, menjadi orang yang terluka, selama ia tidak pernah mau mengambil risiko-risiko supaya disembuhkan.

Semoga kita masih berani untuk minta disembuhkan, minta tolong kepada orang lain. Sebaliknya, semoga kita juga belajar untuk menjamah dan merawat luka orang lain juga. Gereja ini, komunitas kita ini, mestinya menjadi tempat untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka dan dibuang oleh masyarakatnya. Kalau bukan kita yang sakit, jangan pernah menunggu untuk menawarkan diri, "Aku mau. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?" Amin.

Jan 20, 2009

angkatan 90-94

silahkan dicari sendiri siapa kawan siapa lawan hehe.....

Jan 17, 2009

Ketika ada......

Ketika ada banyak rumput yang tidak teratur tingginya, ada kesempatan untuk memotong dan meratakannya, namun juga ada kesempatan untuk melihat dulu, siapa tahu ada katak yang bersembunyi di balik semak-semak rumput yang rimbun itu.Ketika ada banyak buku bertumpuk dan berceceran di meja belajar, ada kesempatan untuk menata kembali di almari buku, namun juga ada kesempatan juga untuk membaca ulang judul-judul buku yang mengesan di benak kepalaku.Ketika ada banyak orang yang menjadi jaringan di facebook dan multiply, ada kesempatan untuk menyapa mereka satu per satu, atau kesempatan untuk membiarkannya foto foto itu terpampang tanpa disapa lagi. Ketika ada banyak telpon dan sms yang datang silih berganti tanpa kuminta, adakah kesempatan untuk bertanya keadaanya, "Apakah kamu sehat?" atau kita lebih suka lalu menceritakan diri sendiri?Ketika ada banyak siaran televisi yang menarik, adakah kesempatanku untuk berpikir sebentar, apakah tayangan televisi itu memberikan pencerahan baru untuk perkembangan hidupku?Ketika badan sakit dan rasanya tulang-tulang itu linu rasanya, adakah aku sempat bermimpi menjadi orang yang sehat, dan akhirnya pun aku bersyukur, betapa berarti kesehatan itu bagi hidupku bersama orang lain.Ketika aku tersinggung dan marah karena dikritik temanku, adakah kesempatan untuk berpikir positif, dalam diri temanku ini Tuhan mau berbicara padaku, meski dengan kata-kata yang pedas sekalipun, Tuhan bisa mengubah kata yang pedas itu menjadi kata yang lembut..di saat aku berterima kasih pada temanku, "Teman, terima kasih kritikanmu!"Ketika aku merasa diriku dibutuhkan oleh banyak orang, adakah kesempatan bagiku untuk berpikir, akankah aku juga bahagia, bila aku tidak lagi dibutuhkan karena usiaku yang mulai bertambah, dan tenagaku yang berkurang?Ketika banyak orang simpatik denganku, adakah saat saat yang penting bagiku untuk bertanya -tanya pada diriku, andaikata aku tidak seperti sekarang ini, masihkah aku juga bisa hidup penuh kehangatan, walau sapaan orang lain semakin menipis, apalagi kalau cara pemikiranku, sikapku dan perbuatanku sudah tidak lagi sesuai dengan keinginan dunia...apakah juga aku rela ditinggalkan sebagai orang yang dinilai "out of date"?Ketika ada banyak orang berputus asa karena tidak ada lagi alasan untuk berharap, adakah inisiatifku untuk menjadi temannya, "Kawan, bolehkah aku duduk di sampingmu, menemanimu?" Ataukah yang ada, "Sia-sia belaka menjadi teman, tanpa manfaat! Apalagi jadi teman orang frustrasi...? Emang enak, menyenangkan...tidak lah yaauuuuw?"Ketika ada orang miskin yang berteriak dalam tangisannya...karena tidak lagi mampu berbicara untuk minta makan, "masihkah ada inisiatifku untuk memberi dia makan?"Semoga panggilan Tuhan yang selalu bermunculan di tengah segala macam ketidakturan, menggerakkan dan menantang hati kita untuk terlibat dan berpartisipasi membuat sebuah perubahan. Have a nice and blessed weekend!