Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Feb 15, 2009

Mengasah Kapak

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.
Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu!"
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir penebang pohon itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?" sang majikan bertanya. "Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon," katanya.

Catatan : Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak.
"Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?
Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya.
Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya.

Ayahku Tukang Batu

Action & Wisdom Motivation Training
"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi diperusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawabbekerja sebagai apa.Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya. Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan."Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayahseorang tukang batu," keluhnya dalam hati.Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untukmelakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajakputrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauhdari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putrimengikuti kehendak ayahnya.Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarangmelakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indahkarena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,tetapi keringat ayah ada di sana.Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah punmelanjutkan penuturannya,"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa punpekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putrisegera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.Pembaca yang budiman,Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaandirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diriatas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupidengan identitas dan keadaan yang dipalsukan. Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalamkeadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan danintegritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!Salam Sukses Luar Biasa!!!!Andrie Wongso

Filosofi Angsa

Filosofi Angsa

Kalau anda tinggal di negara empat musim, maka padamusim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin.
Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk
huruf "V"(jangan omes ya!).
Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengaparombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta 1: Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itumemberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepatdi belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burungterbang sendirian.
Pelajaran: Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu denganyang lain.
Fakta 2: Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembalike dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran: Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya.
Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri
daripada melakukannya bersama-sama.
Fakta 3:Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi,
dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran: Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan
memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Fakta 4: Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran: Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta 5: Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar
dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya
terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia
mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka. Pelajaran: Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti
ketika segalanya baik.

Anak Katak & Hujan

anak katak & hujan......

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.
"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.
Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
"Anakku," ucap sang induk kemudian.
"Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai.
Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.
Tiba-tiba angin bertiup kencang.
Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin.
Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan.
"Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan.
Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan."Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar.
Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.
Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa.
Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar.
"Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.
"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai.
"Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya.
Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.
Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan.
Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan.
Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan.
Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi.
Karena hujan yang ditunggu akan datang.
Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Masalah adalah Hadiah

Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkinakan menghindarinya.
Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin akan menghadapinya.
Namun, masalah adalah hadiah yang dapat anda terimadengan suka cita.
Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan di balik setiap masalah.
Itu adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi.
Maka, hadapi dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda.
Tanpa masalah, anda tak layak memasuki jalur keberhasilan.
Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi.
Bukan pula, eraman hangat dimalam-malam yang dingin.
Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.
Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan,matilah aku.
Sesaat kemudian, bukan kematian yang mereka terima,namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang.
Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak kanmenjadi seseorang yang sejati
Sumber : Anonymous

Feb 12, 2009

Renungan Inspiratif: Kembang Bakung

Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya. Ia menjengkeli gurunya. Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: 'Pernahkan engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?' Anak itu menggelengkan kepala. 'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.' Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan dengan penuh hati. 'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang. Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan.' Anak itu memahami maksud ibunya. ___________ -Kembang bakung seorang guru yang mengajar: 'Hidupmu ada di telapakmu sendiri, bukannya dalam genggaman tangan orang lain.'

Renungan Harian

Senin, 9 Februari 09
Mark 6:53-56 Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh
Rangkuman pelayanan Yesus ini serasa sensasional. Namun sesungguhnya berita ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk menjadi berita sensasi mujizat Yesus, melainkan berita kenyataan betapa Yesus mewartakan kabar keselamatan dengan penuh kuasa. Kita sering menggebu seperti memaksakan mujizat Yesus agar terjadi, tetapi apakah setiap sikap kita sungguh meyakini kuasa ilahi Yesus? Keyakinan inilah yang akan penuh daya, membuat jiwa yang kagum akan Yesus, yang lebih dari sekedar pembuat mujizat melainkan Putra Manusia yang penuh kuasa dari Bapa.

Selasa, 10 Februari 09
Mark 7:1-13Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku
Baru saja ditayangkan ke public percakapan dari “The Miracle of Hudson River”, pendaratan darurat pesawat US Air di Sungai Hudson . Pengatur lalu lintas bandara Laguardia meminta Pilot Suly Sullenberger mendaratkan pesawat di bandara terdekat, tetapi pilot mempertimbangkan beberapa hal, tak mungkin bisa menjangkau bandara, ia tak mau menjatuhkan pesawat di tempat padat penduduk, dan ia mau meyelamatkan penumpang. Jadilah ia memutuskan untuk mendarat di sungai. 155 penumpang selamat. Setiap orang akan mengatakan tidak wajar, namun menyelamatkan. Yesus tahu bahwa pilihannya menyalahi aturan setempat, tetapi Ia lebih memikirkan keselamatan umat manusia. Ia menempatkan nilai keselamatan jiwa manusia lebih dari pada hari sabat. Bagaimanakah pilihan-pilihan kita? Apakah hanya kita landasi oleh kebiasaan dan aturan, atau lebih kita landasi dengan tujuan besar, yakni keselamatan umat manusia sekitar kita?

Rabu, 11 Februari 09
Mark 7:14-23
” ......camkanlah, apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Sungguh ironis ketika kita pusing mengatur yang masuk ke mulut kita, dan bebal untuk menyensor yang keluar dari mulut kita. Orang katolik pun ikut bertanya-tanya, kenapa kita menjadi ”omnivora”, sindiran untuk pemakan segalanya. Yesus sangat tegas untuk mengatakan bahwa dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Itulah yang menajiskan kita. Yesus rupanya tak mau berpanjang lebar, karena itu ia mengatakan ”yang bertelinga hendaknya mendengarkan”. Ada yang merasa tak bertelinga?

Kamis, 12 Februari 09
Mark 7:24-30Lalu Yesus berkata kepada perempuan Sirofenesia "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
Siapa tak tersinggung kalau diidentikkan dengan anjing? Perempuan Sirofenesia tadi tidak tersinggung pada kata-kata Yesus, bukan karena ia telah menjual harga dirinya demi kesembuahan anaknya, tetapi karena ia tahu persis cara kerja rahmat Allah yang tak mengenal tuan dan hamba, warga atau orang asing. Kasih Allah bekerja tanpa batas dan perbatasan. Iman besar inilah yang menyelamatkan perempuan tersebut. Anda masih nempatkan banyak batas bagi sesama untuk bisa dekat dengan Yesus hanya karena status hidup mereka atau karena mereka adalah ”orang luar?” Buang cara beriman seperti itu sekarang juga, karena hanya akan menjadi kabut bagi anda untuk menangkap keselamatan yang sesungguhmya.

Jumat, 13 Februari 09
Mark 7:31-37
Sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah.
Biasanya Yesus tak terlalu demonstratif untuk menyembuhkan orang, tetapi untuk yang satu ini Yesus melakukan banyak hal. Yesus tahu bahwa orang ini bisu karena tak bisa mendengar. Yesus memberi petunjuk betapa ia hendak menyembuhkan semua bagian bersama-sama. Benar orang ini bisa terlepas dari ikatan tuli dan bisunya. Yang menarik adalah bahwa orang ini kemudian tak terbendung untuk segera mewartakan Yesus. Kalau anda merasa telah mendengarkan Yesus, apakah anda juga segera mewartakannya, atau tetap membisu?

Sabtu, 14 Februari 09
Mark 8:1-10"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. .................... Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?"
Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?
Kita boleh senantiasa bersyukur bahwa kita punya Tuhan yang penuh kasih seperti ini. Pertanyaanya berlaku untuk kita semua terus menerus “Berapa roti ada padamu?” Jawanlah pertanyaan ini, lakukan sesuatu, dan anda akan melihat betapa belas kasih Yesus akan berulang ketika kita merelakan roti/jaminan hidup kita bagi sesama.
(rmparno)

Renungan: Sembuh Karna Mau Disentuh

Minggu Biasa VI (B/II)
"Sembuh, karna Mau Disentuh"
Im 13:1-2.45-46; 1Kor 10:31-11:1; Mrk 1:40-45


Sebuah luka, pasti sakit sekali kalau kena meja. Biasanya, kalau anggota badan kita terluka, kita akan hati-hati saat berpapasan dengan orang lain, jangan sampai orang menyenggol luka kita. Kalau luka itu sampai tersenggol, apalagi terinjak, kita pasti langsung mengaduh-aduh, atau menahan rasa sakit sambil mengernyitkan wajah. Kadang-kadang kita sengaja menunjukkan ekspresi wajah yang kesakitan itu ke orang lain, supaya orang itu sadar bahwa ia sudah menyenggol luka kita. Dengan kata lain, kalau kita sedang terluka atau sakit, kita itu tidak boleh disentuh oleh siapapun. Kita lalu menjadi untouchable, "tak tersentuh". Kita seperti seseorang yang sakit parah namun mengusir dan mengancam semua perawat yang mencoba merawatnya.

Dari orang-orang yang terluka, baik jasmani maupun hatinya, kita bisa mengamati reaksi yang diperlihatkannya. Sekurang-kurangnya ada dua reaksi. Pertama, ia akan menjauh, mengambil jarak, atau tiba-tiba menghilang. Ia menjauh karena malu dan takut, merasa terkutuk, kotor, dan berdosa. Yang kedua, orang itu sengaja memutus hubungan, tapi lebih karena gengsi, kecewa, dan demi harga diri. Secara tidak sengaja ia akan melemparkan kesalahan pada orang lain, "Saya tidak akan minta tolong kamu lagi!" Kedua reaksi ini muncul dari hati yang terluka karena ditolak, dikritik, dan dikoreksi, maupun juga karena sebuah kesalahan yang sebenarnya tak ingin dilakukannya tapi toh telanjur terjadi.

Orang kusta yang datang kepada Yesus ini hebat sekali! Seandainya kita tahu seperti apa perlakuan masyarakat terhadap orang kusta pada waktu itu, kita pun akan kagum dan menghargai perjuangannya itu. Kitab Imamat (Bac.I) menunjukkan kesulitan dan kehinaan macam apa akan yang dialami kalau orang kena penyakit kusta: "mereka harus berpakaian cabik-cabik, rambutnya terurai, menutupi mukanya dan berseru-seru: Najis! Najis! Memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkampungannya!" Konon, mereka harus membunyikan lonceng kecil kalau mau lewat di sebuah jalan supaya orang-orang di situ bisa menyingkir dari mereka dan meludah dengan jijik. Menyedihkan dan mengharukan! Orang yang sudah menderita karena penyakitnya, masih harus dibuang seperti binatang dan mengutuki dirinya sendiri!

Kalau saja Markus menggambarkan lebih lengkap situasi waktu itu. Orang-orang yang berkerumun di sekitar Yesus pasti panik dan berteriak-teriak karena ada orang sakit kusta yang mendekati mereka. Mereka pasti sudah berusaha mengusir atau melempari batu orang itu supaya jangan mendekat. Terbayang bahwa orang itu tetap merangsek maju karena ia mau bertemu dengan Yesus. Ia mau sembuh! Ia pasti membiarkan batu-batu itu melayang ke muka dan badannya. Ia menahan diri dari hinaan dan ludahan orang-orang yang menghalangi jalannya.

Sekarang kita mengerti mengapa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia benar-benar terharu karena iman orang ini. Ia bahkan lebih lagi membuat takut banyak orang karena kemudian mengulurkan tangan-Nya, dan… menjamah orang itu! (Tidak ada orang yang berani menjamah penderita kusta pada waktu itu. Tindakan ini melanggar hukum!).

Di zaman kita ini, bukan beberapa, tapi hampir semua orang pernah terkena "kusta". Hampir semua orang pernah jatuh dalam kesalahan, pernah terlibat dalam sebuah skandal, pernah berdosa, pernah "habis" hidupnya karena dikucilkan, dijauhi, dan dihina oleh orang lain karena kesalahan yang dilakukan itu. Akan tetapi, berapa banyak yang berani mengambil risiko untuk disembuhkan? Berapa kali kita dengar kata-kata, "Kalau engkau mau, tolonglah aku…"? Berapa banyak yang mau mendekat dan membiarkan lukanya itu disentuh supaya sembuh? Kengerian akan risiko-risiko itu telah membuat kita selalu mundur teratur, memilih tenggelam dalam kesusahan kita, malah seakan-akan berbesar hati karena rela menanggung sendiri segala konsekuensi.

Itu bukan berbesar hati, tapi gengsi. Malu, dan takut—ah, sama saja—terhadap risiko dicemooh dan dicap oleh orang lain. Seseorang pernah menggelapkan uang Gereja. Karena ketahuan, ia dikeluarkan dari kepengurusan. Lalu ia tak pernah kelihatan lagi di Gereja. Ia memilih untuk tidak mengakuinya, tidak minta tolong, dan tidak mau dibantu. Ia akan terus seperti itu, menjadi orang yang terluka, selama ia tidak pernah mau mengambil risiko-risiko supaya disembuhkan.

Semoga kita masih berani untuk minta disembuhkan, minta tolong kepada orang lain. Sebaliknya, semoga kita juga belajar untuk menjamah dan merawat luka orang lain juga. Gereja ini, komunitas kita ini, mestinya menjadi tempat untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka dan dibuang oleh masyarakatnya. Kalau bukan kita yang sakit, jangan pernah menunggu untuk menawarkan diri, "Aku mau. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?" Amin.