Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Jul 4, 2009

Belajat Bertempur Melawan Diri

Saudari-Saudaraku terkasih,

Kalau boleh tahu, apakah engkau pernah berperang melawan dirimu sendiri. Kapankah engkau pernah memenangkan pertempuran dengan dirimu sendiri? Engkau selalu kalah atau selalu menang?

Engkau kalah bertempur dengan dirimu sendiri, saat engkau begitu kuat mempertahankan harga dirimu. Apalagi kalau engkau sedang diserang oleh orang lain, yang mengritik kinerjamu, yang dianggap rekan rekan kurang optimal dan kurang berhasil baik.

Engkau kalah bertempur dengan dirimu sendiri, saat engkau bersikeras tidak mau kehilangan gengsi ketika engkau ditantang untuk mengampuni sahabatmu yang terlanjur bicara salah,sehingga terjadi "saling memfitnah". Berat rasanya untuk memaafkan orang yang katanya dulu dekat, tapi ternyata "berkhianat". Sungguhkah sahabatmu memfitnah dan berkhianat? Lihatkah kembali, jangan jangan fitnah atau berkhianat itu laporan kelemahanmu setelah 10 orang...sehingga sebenarnya bisa jadi hanya soal paham yang tidak tersampaikan.

Engkau kalah bertempur saat engkau merasa tersindir dan tersinggung karena perkataan temanmu tepat mengenai sasaran kelemahan dirimu. Temanmu selalu menunjukkan betapa orang mesti belajar rendah hati, bagaikan humus (karena asal kata rendah hati itu humilis-Latin), demikianlah juga kita mesti menjadi tanah subur...lapisan humus. Lapisan humus itu mudah dicangkul dan mudah menyerap air, serta sangat cepat menumbuhkan tunas biji bijian..! Itulah keberanian orang rendah hati, membiarkan diri "dicangkul, diolah" meski sakit sekalipun.

Engkau kalah bertempur saat engkau tidak bisa membedakan manakah PENDAPAT, manakah PRIBADI orang lain..Ketidakmampuan kita membedakan antara pribadi dan pendapat sebenarnya berakar dari kemampuan kita untuk membedakan ungkapan perasaan otentik, merumuskan data, dan penilaian...Sebuah Data tentang pendapat orang tertentu...bisa jadi sangat bagus dan inspiratif.... tapi tidak dapat dipungkiri, orang yang bisa berkata bijak dan bagus, justeru berada dalam situasi yang tidak jelas juga. Karena itu di dunia ini tidak ada jaminan konsistensi antara perkataan dan perbuatan...namun ada harapan bahwa banyak pemimpin politik, budaya, ekonomi, agama akan makin lama tertantang untuk mewujudkan ajaran dan perkataannya dalam tingkah laku hidup sehari hari. itulah otoritas sejati...bukan tempelan tapi otoritas yang berkembang dari sikap batin seseorang.


SEBALIKNYA....

Engkau akan memenangkan pertempuran dengan dirimu sendiri..kalau engkau berani bersikap PERCAYA kepada Tuhan. PERCAYA kepada Tuhan itu berarti kesediaan untuk tidak memperlakukan manusia, dunia, dan segal isinya sebagai SATU SATUNYA SUMBER PENGHARAPAN. Masalahnya ada banyak "tuhan tuhan baru" yang masuk dalam hidup berkeluarga dan hidup pribadi.

Lihatlah berapa banyak orang yang bangga kalau dirinya bisa memiliki Blackberry...sementara temannya tidak bisa beli..? Betapa banyak orang selalu merasa bersyukur karena dirinya tidak seperti orang laiin yang mengalami nasib naas...? Betapa banyak orang tidak mau kehilangan hobbynya nonton TV, main Futsal, mancing ikan, badminton...namun....anak anak mereka tidak sungguh sungguh diperhatikan: belajar sendiri, makan sendiri, tidur sendiri...Adakah solidaritasnya?

Lihatlah banyak orang masih merasa "bangga" dengan pengetahuannya yang dimiliki...sampai ia menganggap bahwa orang lain pasti levelnya lebih rendah daripada diriku..apalagi kalau orang jadi sarjana dan doktor, tapi masih muda...! Di sana sini pun masih saja dicurigai dan diremehkan...Tapi ternyata temannya itu bersaudara dengan seorang pejabat tinggi...waaah...langsung deh ada hormat istimewa yang luar biasa...

Lihatlah masih banyak orang yang mau menang menang sendiri, tidak hanya di rumahnya, tetapi juga mau menang di manapun juga...tidak peduli siapa yang diajak bicara, tapi yang penting dirinya itu akan berusaha sekeras tenaga, untuk selalu menang dalam pembicaraan..! Kalau kita masih suka "menang" dalam mengalahkan lawan bicara, sebenarnya ada luka batin yang parah...namun belum disembuhkan. Pendek kata..orang itu belum mengalami "DAMAI SEJAHTERA"..SYALLOOM!

AKHIRNYA...
Kita akan memenangkan pertempuran dengan diri sendiri,
(1) kalau kita mengenal, manakah kecenderunganku yang paling dominan: apakah ambisi untuk hidup enak, ambisi untuk dikatakan hebat, ambisi untuk mengontrol orang lain. Kalau kita menemukan titik terang dalam masalahku... di situlah letaknya penggunaan metode PCM (Project Cycle Management.
(2) kalau kita sadar akan "posisi yang pertama" dalam hidup ini...lalu dicarikan ke arah yang lebih dalam lagi..Posisi yang pertama artinya: kehadiran kita sebagai suami atau isteri itu memiliki peran apa? Peran memelihara hidup, memberi kesempatan orang untuk tumbuh jadi dirinya sendiri
(3) Daging lemah, tapi Roh penurut, begitulah Santo Paulus menggambarkan pertempuran antara diri kita antara Roh Kudus dan Roh Jahat.
(4) Tegangan itulah yang terjadi....tapi juga mesti dilihat dari kacamata lain...Tegangan itu anugerah Tuhan, yang menantang kita untuk memindahkan pusat andalan hidup dan masa depan, dari mengandalkan manusia dan diri sendiri serta dunia, melaju untuk mengandalkan Tuhan sungguh sungguh...sehingga tidak akan ada lagi 'Tuhan-Tuhan"...tapi menjadi pendengar Sabda dan pelaksana-Nya..
(5) Dalam memindahkan "arah perubahan" hidup...di situlah kesempatan kita untuk menyadari diri sebagai orang rapuh dan sekaligus mengakui Kemuliaan Tuhan yang berkarya dalam diiri kita. Kesadaran itu menantang orang untuk BERMATIRAGA, yakni belajar untuk memilih pekerjaan yang paling tidak disukai. memilih lauk pauk yang tidak disukai, dan belajar menyapa orang yang dianggap musuh...!

Semoga ada banyak orang yang mau sungguh berperang dengan dirinya sendiri sehingga Allah selalu diberi ruang dan kesempatan untuk terlibat dalam hidup sehari hari.

warm regards!