Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Mar 30, 2010

Seminari Menengah Stella Maris Bogor

SEMINARI MENENGAH STELLA MARISB O G O R

Latar Belakang Sejarah
Atas anjuran Mgr. De Jonghe d'Ardoye, Nunsius Apostolik untuk Indonesia saat itu, agar setiap Keuskupan atau Perfektura mempunyai sebuah seminari menengah sendiri, maka pada tahun 1950 diadakan rapat Bandung. Dalam rapat tersebut diumumkan bahwa akan didirikan seminari menengah di Cicurug.Seminari menengah itu resmi didirikan pada tanggal 28 November 1950 oleh Mgr. N.Geise OFM yang saat itu menjabat sebagai Perfek Apostolik pada Perfektur Sukabumi.
Seminari menengah yang mengambil nama Stella Maris ini mulai dalam keadaan yang masih sangat sederhana dengan hanya beberapa murid yang belajar di sana dan tempatnya pun masih menumpang di biara Fransiskan di Cicurug:

Periode Cicurug (1950-1961)
Mula-mula seminari menumpang di biara Fransiskan di Cicurug tetapi beberapa saat kemudian memiliki tempat tersendiri di samping biara Fransiskan tersebut. Keadaannya waktu itu masih sangat sederhana dengan ruang-ruang yang sempit sehingga kamar tidurpun dijadikan kelas. Selain itu air pun sering macet sehingga kadang-kadang para seminaris terpaksa mandi di sungai dekat biara.
Rektor yang pertama di Cicurug adalah Pater Vermeulen OFM. Pada waktu itu rektor harus menangani berbagai urusan kerumahtanggaan dan pendidikan sendiri karena belum ada perfek ataupun pendamping. Apalagi ditambah dengan keadaan yang masih sederhana dan belum stabil, maka rektor pada waktu itu harus bekerja keras agar Seminari Menengah itu tetap hidup. Untunglah bahwa dalam bidang pendi-dikan ada satu tenaga yang bisa membantu, yakni Pater Van der Laan OFM, yang selain mengajar di seminari, juga harus mengajar di biara dan lain sebagainya. Selain itu kaum awam juga ingin ikut berpartisipasi dalam pendidikan terbukti dengan ikut mengajarnya guru-guru awam di Cicurug.
Ketika Pater Vermeulen dipindahkan ke Rangkasbitung jabatan rektor dipegang oleh Pater Koesnen OFM, dan akhirnya Pater Koesnen OFM digantikan oleh Pater Van der Laan OFM sebagai rektor ketiga.
Siswa pertama di Seminari Menengah Stella Maris adalah lulusan SD. Tahun pertama mulai dengan lima orang anak lalu berkembang menjadi 8 orang, lama kelamaan siswa lulusan SMP juga diterima. Akhirnya lulusan SMA pun diterima, tetapi hanya satu dua saja karena tempat dan sarananya yang terbatas.
Karena menerima lulusan SD dan SMP maka jenjang pendidikan di seminari waktu itu terbagi menjadi dua, yakni bagian SMP (kelas 1 sampai kelas 3) yang menampung siswa lulusan SD dan bagian SMA (kelas 4 sampai kelas 6 lalu dilanjutkan setahun masa persiapan lagi di kelas 7). Kelas 7 diikuti juga oleh mereka yang sudah lulus SMA.

Periode Sukasari (1961-1963)
Setelah Perfektura Sukabumi diubah menjadi Keuskupan Bogor pada tanggal 1 Agustus 1961, bagian SMP dan SMA dipisahkan. Bagian SMP tetap berada di Cicurug, dan bagian SMA pindah ke Sukasari Bogor ke gedung yang sekarang ini menjadi Gereja Santo Fransiskus Assisi Sukasari.
Adapun alasan pemindahan ini adalah :
Karena jumlah siswa bertambah dan gedung di Cicurug tidak dapat menampung siswa lebih banyak, apalagi karena pihak biara ingin menggunakan beberapa lokasi dari biara yang dipakai oleh seminari, sehingga mau tak mau sebagian harus pindah ke tempat lain. Akhirnya Mgr. N.Geise OFM berhasil mendapatkan tempat yakni di Sukasari.
Karena sulitnya mencari tenaga guru SMA yang harus didatangkan dari Bogor atau Sukabumi, sebab di Cicurug belum ada SMA.
Rektor pertama di Sukasari adalah Pater Remedius Wijbrands OFM, tapi beliau hanya menjabat selama setahun saja dan kemudian diganti oleh Pater Ismael Harjawardaya OFM.
Pada waktu itu para siswa sekolahnya tidak di dalam kompleks seminari di Sukasari tapi harus pergi ke sekolah lain. Untuk pelajaran bahasa Jerman dan Perancis mereka harus pergi ke Susteran Regina Pacis (FMM), dan untuk pelajaran lainnya ke Jalan Kapten Muslihat bersama dengan para calon Bruder Budi Mulia. Lalu pada sore harinya ada kursus di Sukasari. Selain itu untuk pelajaran lainnya mereka harus mendatangi para guru yang bersangkutan di rumah atau di sekolah tempat guru itu bertugas, misalnya di Taman Siswa dan SMA Regina Pacis. Akhirnya untuk ujiannya mereka mengikuti ujian ekstraining di SMA Negeri I dan ternyata hasilnya banyak yang lulus dengan baik.Siswa seminari saat itu masih sedikit, berasal dari Bogor dan sekitarnya, ada juga titipan dari Nyarungkop, Kalimantan Barat. Dan dari mereka ada beberapa yang kini berhasil menjadi imam.

Periode Kapten Muslihat (sejak tahun 1963 sampai kini)
Pemisahan bagian SMP dan SMA ternyata tidak dapat bertahan lama, karena hal itu kurang memuaskan, maka pada tanggal 1 Agustus 1963 kedua bagian itu disatukan lagi dengan menempati gedung di Jalan Kapten Muslihat.
Mula-mula seminari ditempatkan di gedung yang sekarang ini dipakai untuk Balai Pengobatan Melania Bruderan. Untuk belajar mereka memakai gedung Balai Pemuda Katolik (BPK). Tapi keadaan ini hanya berlangsung satu tahun ajaran saja yakni tahun 1964/1965.
Setelah asrama panti asuhan St. Vincentius berakhir tahun 1964, gedung di Jl. Kapten Muslihat 22 yang dipakai oleh Bruderan untuk asrama panti asuhan tersebut diusulkan untuk dipakai oleh seminari agar seminari dapat berkembang.
Rektor pertama yang memimpin di Jalan kapten Muslihat 22 adalah Pater Ismael Harjawardaya OFM yang kemudian diganti oleh Pater Koopman OFM, dan Pater Wijbrands OFM menyusul kemudian selama hampir duapuluh dua tahun. Kemudian berturut-turut, Rm. B. Sudjarwo Pr, Rm. Victor Solekase Pr, Rm. Ridwan Amo Pr, dan Rm. Paulus Haruna Pr menjadi Rektornya.
Sewaktu di Cicurug, rektorlah yang menangani pendidikan maupun rumah tangga. Kini setelah pindah ke Bogor rektor dibantu oleh rekan kerja pendamping atau perfek. Urusan sekolah yang semula sepenuhnya diurus oleh Rektor, setelah pindah ke Bogor mulai diserahkan kepada Direktur seminari.
Pada waktu pindah ke jalan Kapten Muslihat seminari masih menampung siswa lulusan SD. Kala itu SMP masih bergabung dengan SMP Budi Mulia. Untuk bagian SMA mula-mula seminari menggabungkan diri dengan SMA Regina Pacis bahkan pernah bergabung dengan SMA Xaverius Jakarta. Tetapi karena ada masalah dengan Kanwil Jawa Barat maka akhirnya seminari melepaskan diri dari SMU Regina Pacis. Periode berikutnya, Seminari menggabungkan diri dengan SMA Mardi Yuana Sukasari. Setelah Budi Mulia memiliki SMU maka atas dasar beberapa pertimbangan praktis, Seminaripun menggabungkan diri dengan SMU Budi Mulia.

Tujuan Didirikannya Seminari Menengah Stella Maris
Tujuan semula didirikannya Seminari Stella Maris adalah untuk mendidik para pemuda yang di kemudian hari diharapkan menjadi imam-imam yang berkarya di Keuskupan Bogor atau imam Fransiskan.
Tetapi tujuan itu kemudian berkembang dan tidak lagi mengharuskan para siswanya untuk menjadi imam Projo Bogor atau Fransiskan, karena beberapa tahun setelah seminari mulai di Cicurug ada beberapa Keuskupan, misalnya Bali dan Padang, menitipkan anak didiknya di Seminari Stella Maris Bogor. Setelah pindah ke Bogor semakin banyak pula keuskupan dan tarekat yang menitipkan anak didiknya pada Seminari Menengah Stella Maris. Akhirnya diambil kebijaksanaan untuk tidak mengharuskan siswa seminari Stella Maris untuk menjadi imam Projo Bogor atau Fransiskan. Mereka diberi kebebasan untuk memilih tarekat yang diminatinya hingga kini.

Kebhinekaan Siswa
Sejak seminari ini berdiri para murid yang diterima sudah berdatangan dari berbagai daerah misalnya Bogor, Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Padang, Kalimantan, Flores, Banjar-masin, Medan dan sebagainya.
Mula-mula untuk masuk ke Seminari Stella Maris hampir tidak ada syarat yang dipenuhi, cukup dengan motivasi dan beberapa keterangan dari Pastor setempat dan ijasah sebagai syarat mutlak. Tapi perkembangan berikutnya membutuhkan pula keterangan dari orang tua, rekomendasi Pastor Paroki, surat kesehatan dari dokter atau Rumah sakit, dan motivasi pun semakin diseleksi agar anak betul-betul memiliki motivasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena peminat bertambah banyak, sedangkan kapasitas ada batasnya maka kini ditempuh juga tes masuk bagi para kandidatnya.

Jenjang Pendidikan
Sejak berdirinya di Cicurug, Seminari Stella Maris menerima siswa lulusan dari SD. Mereka mengikuti pendidikan di Seminari dari kelas I sampai kelas VII. Sejak tahun 1973 seminari tidak lagi menerima lulusan SD, hanya menerima lulusan SMP dan SMA sehingga jenjang pendidikannya pun berubah. Mereka yang lulus SMP mengikuti pendidikan di kelas I sampai kelas III dan dilanjutkan setahun lagi di kelas VIIC. Sedang-kan mereka yang lulus SMA mengikuti pendi-dikan di kelas VIIA dan dilanjutkan setahun lagi di VIIB.
Para seminaris lulusan SMP, di seminari mengikuti pelajaran dengan kurikulum SMA biasa dengan ditambah beberapa pelajaran khusus yakni Bahasa Latin, Jerman, dan Sunda. Setelah tamat SMA dilanjutkan setahun di kelas VIIC.
Para lulusan SMA di seminari mengikuti pendidikan di kelas VIIA dengan pelajaran : Agama, Katekese, Etika, Bahasa Inggris, Indonesia, Jerman, Latin, Sunda, Seni suara, ketrampilan dan olahraga. Setelah itu lalu dilanjutkan di kelas VIIB dengan pelajaran yang sama dengan pelajaran di kelas VIIC.Jadi lama pendidikan untuk lulusan SLTP adalah empat tahun dan untuk SLTA dua tahun.

Masa Depan Seminari Stella Maris
Dari hasil wawancara dengan banyak mantan seminaris sendiri maupun mantan pengasuh dan pengasuh yang saat ini masih berkarya, dapat disimpulkan bahwa :
Seminari Stella Maris diharapkan akan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan semboyannya "Crescat et Floreat". Kebutuhan umat akan imam di Indonesia semakin meningkat, dan bahkan sekarang ini pun ada banyak daerah di Indonesia yang masih kekurangan imam. Oleh karena itu Seminari Stella Maris Bogor diharapkan tetap pada tujuannya yakni sebagai tempat pendidikan dan persiapan pribadi-pribadi unggul, yang kelak diharapkan menjadi imam di berbagai pelosok tanah air.
Agar dapat semakin cepat tumbuh dan berkembang ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Seminari Stella Maris, yakni:
Tempat yang lebih luas dan memadai, jadi sebaiknya lokasi seminari dipindahkan di pinggir kota, misalnya agar dapat lebih dapat diperluas sehingga dapat menampung siswa lebih banyak.
Seminari perlu mandiri, artinya tidak perlu lagi bergabung dengan SMA luar tapi menjadi sekolah mandiri, seperti halnya Seminari Menengah Mertoyudan. Dan selain itu diharapkan seminari memiliki guru tetap sehingga kekosongan pelajaran dapat semakin terkurangi.
Sarana belajar dan sarana penting lain hendaknya ditambah atau diperbarui, agar para seminaris tidak lagi canggung dengan alat/barang modern sehingga tidak timbul hambatan bagi seminaris bila diterjunkan ke dalam masyarakat modern. Untuk mempersiapkan gembala umat, di mana keadaan sudah begitu canggih dan modern, perlu ditunjang dengan fasilitas modern yang memadai pula.
Semoga Seminari Menengah Stella Maris dapat semakin menjawab tantangan akan kebutuhan imam dan juga dapat semakin memenuhi segala syarat yang dituntut demi perkembangan seminari selanjutnya

Rekaman Kotbah Almarhum P. Wijbrands OFM

Rekaman khotbah almarhum Pater Remedius Wijbrands, O.F.M., 30 Juni 2000. Saudara-saudari terkasih, Dalam majalah Hidup, minggu-minggu terakhir, ada tulisan dari pater Edi Kristianto mengenai khotbah. Ini baik ... cukup baik, tetapi ... ada tapinya. Saya kuatir bahwa dengan tulisan ini, pendapat dari banyak umat ialah: Yang paling penting kalau kita berkumpul pada hari Minggu atau pada Misa lainnya, yaitu khotbah. Kalau romo yang berkhotbah bagus dan bersemangat, ya bisa juga dikatakan baik. Kalau kebetulan romo itu tidak begitu pandai untuk berkhotbah, bisa-bisa orang akan berkata: "Tidak begitu menarik hari ini." Khotbah itu tidak bagian paling penting dalam Misa. Harus ada, dan tentu romo harus berusaha untuk mempersiapkan diri dengan baik. Tetapi ... ada yang pandai ada yang tidak pandai. Ada yang bisa bernyanyi ada yang sama sekali tidak bisa bernyanyi, barangkali mengalami sendiri, kadang-kadang romo walau bermaksud baik tidak bisa bernyanyi. Ketika saya masih di Bogor, di Katedral Bogor, ada imam Misa. Terjadi bahwa umat bertanya tidak: "Siapa yang mempersembahkan Misa pada jam ini atau jam itu?" yaitu suka dengan cara romo itu mempersembahkan Misa, tetapi mereka bertanya: "Dalam Misa manakah romo Adikardjono main organ?" Dan dia betul ahli main organ, dia betul seorang yang tahu tentang musik klasik atau musik Gregorian. Kalau saudara-saudari barangkali tahu, dia sekarang masih hidup tetapi berumur 96, sudah tidak bisa main lagi. Tetapi waktu itu dia betul-betul handal, betul bagus, saya juga senang mendengar dia. Namun terjadi juga bahwa sehabis itu umat berkata, "Ya ... ini enak ya ... romo Adi yang main organ," atau "Hari ini enak Misa itu, sebab ada koor yang betul terlatih dan bagus juga." Saudara-saudari, musik itu tidak yang paling penting dalam Misa. Tentu sangat membantu ... sangat membantu. Seperti khotbah ... bisa sangat berguna. Tetapi tidak untuk itu berkumpul di Gereja. Kalau mendengar musik baik bisa juga lewat radio atau TV, atau suatu gedung kesenian dan sebagainya. Membantu, tetapi tidak yang penting apakah Misa itu bisa berhasil atau tidak. Ada yang berkata, "Ya ... senang setiap hari Minggu bisa ke Gereja, sebab saya bisa menyambut Tuhan Yesus sendiri." Pendapat yang tentu bagus ... bagus tetapi tidak sempurna. Sebab, orang-orang yang sakit atau umurnya tidak mengizinkan mereka ke Gereja, seminggu sekali atau entah kapan, didatangi oleh pastor paroki atau seorang Diakon, yang memberi komuni kepada orang yang harus tinggal di rumah. Ini belum yang puncak dari Misa ... bisa juga di luar Misa. Puncak Misa, saya kira dengan agak baik diucapkan disini dalam prefasi yang kita pakai sekarang. Sebab menurut aturan dulu, pada pesta ini yang dipakai prefasi Natal. Waktu itu ketika saya masih muda, saya merasa aneh mengapa Natal? Tentu ini bisa dipakai. Tapi apa tidak suatu prefasi yang khusus untuk pesta ini? Nah, sekarang ada prefasi-prefasi yang khusus. Disana dikatakan: "Dialah Kristus. Dialah Imam sejati dan kekal." Imam sejati sudah terang. Imam kekal, bagaimana? Tuhan Yesus sudah tinggal di sorga? Dia tidak mati lagi seperti di kayu salib, yang menjelaskan diri-Nya sebagai korban, dalam tahun 33? Tetapi dilanjutkan: "Sebagai korban sepanjang masa!" .... Yesus hanya dikorbankan satu kali. Saudara-saudari, yang pertama ialah Imam yang menyerahkan diri-Nya, tidak seperti orang-orang Yahudi dahulu, yang menyerahkan kepada Tuhan Allah, kerbau atau sapi atau domba, tetapi Yesus menyerahkan diri-Nya. Jauh lebih berharga dari semua binatang itu. Tetapi juga jauh lebih berharga dari kita yang berkumpul disini. Bukankah kita, kita semua, tidak usah malu, semua orang yang lemah ... orang yang banyak kekurangan ... orang yang kerap berdosa. Untuk saya, Tuhan tahu untuk Tuhan saya kira lebih kepada Tuhan. Yah ... Tuhan menerima itu karena melihat kehendak saya. Tetapi apa harganya? Saya ini orang yang berdosa. Tetapi Yesus menyerahkan diri sebagai Anak Domba tanpa cela. Dia tidak ada dosa. Dia tidak ada kekurangan apapun. Dan ini diulangi, dan ini dihadirkan disini di dalam Misa, dalam setiap Misa. Tidak pada waktu persembahan kita memberi roti dan anggur. Memang berapa harganya? Apalagi itu tidak berasal dari umat. Ini pastor sendiri, atau koster, atau ketua panitia liturgi yang mengurus itu supaya ada roti dan anggur. Katanya ... dan ini benar, benar sekali: "Tetapi roti dan anggur menjadi lambang dari kemauan saya. Seperti kita menyerahkan roti dan anggur, begitulah saya menyerahkan diri kepada Tuhan." Bagus, benar! Tetapi lagi ... siapakah ini, hadiah apapun ini, orang yang berdosa ini? Tetapi Yesus menyerahkan diri-Nya kepada Bapa dan tentu Bapa menerima itu dengan senang hati. Dan ini tidak hanya dalam tahun 33, tetapi masih tetap selama-lamanya, setiap kali. Tetapi ... Yesus tidak mati lagi, tidak dibunuh lagi?! Yang paling penting kalau kita memberikan sesuatu ialah tidak harganya, tetapi kemauannya yang ada di dalam hati kita. Ada orang lain barangkali sudah beristri atau istri yang bersuami, tidak penting apa yang diberikan, tetapi kalau tahu ini dari hati yang murni, dari hati yang mengasihi, maka ini harganya, yaitu pemberian itu. Begitu dengan Tuhan Yesus. Yesus kalau perlu mau menyerahkan diri lagi seluruhnya sampai di kayu salib, untuk menghormati Bapa dan untuk menyelamatkan kita sekalian. Inilah inti dari setiap Misa: Penyerahan, mempersembahkan diri dari Yesus. Tetapi ... Yesus tinggal di sorga?! Karena itu, maka saya diberi tugas oleh Tuhan Allah itu dan setiap halnya Imam, dan tidak penting apakah yang berdiri disini atau di altar, seorang yang dianggap suci atau seorang yang barangkali dianggap kurang suci. Tidak ada bedanya apakah ini Imam yang biasa atau Bapa Uskup sendiri, atau malahan Sri Paus. Kami semuanya menjadi wakil Yesus, kami semua bertindak seperti dalam bahasa Latin: "In Persona Christi," sebagai pribadi Kristus sendiri. Dan inilah inti saya yang sehari-hari tidak layak, seperti setiap Imam, saling bertindak sebagai wakil Yesus dan menyerahkan kemauan kepada Allah, saya mau menyerahkan segala-galanya sampai dengan kehidupanku sampai mati. Kita berkumpul disini untuk apa?! Untuk mendengarkan musik yang bagus? Atau untuk mendengar khotbah yang bernyala-nyala? Atau untuk menyambut komuni? UNTUK MENGENANGKAN DIA, KAMI MEMPERSEMBAHKAN KORBAN INI. Mengenangkan Yesus tidak sebagai guru, tidak sebagai orang yang baik, yang selalu baik terhadap sesama. Tetapi untuk mengenangkan DIA kami mempersembahkan korban ini, kita mengenangkan kematian-Nya, sengsara-Nya. Khususnya saudara-saudari, dalam masa modern kita berpikir ekonomis. Yah ... semuanya ini bagus sekali, tetapi apa gunanya untuk saya? Dengan menyambut Tubuh Kristus yang dikorbankan lagi ... tidak lepas dari korban salib ... dengan menyambut Tubuh Kristus yang dikorbankan ini, ada hasil untuk saya, ada hasil untuk kita masing-masing. Dengan menyambut Tubuh Kristus yang dikorbankan ini, kami dikuatkan. Sebab saya kira, saya tidak menghinakan saudara kalau berkata bahwa kita semua orang yang lemah sekali. Tetapi dengan menyambut Tubuh Kristus yang dikorbankan ini, kami dikuatkan. Dan dengan minum Darah Kristus yang dicurahkan lagi, kami dimurnikan. Saya ini, dan saudara-saudari sekalian orang yang kotor. Tetapi disini, kami dimurnikan. Saudara-saudari, kita berkumpul untuk mengenangkan dan menghadirkan korban Yesus sendiri kepada Bapa, dulu di Golgota, dan kehendak-Nya untuk mengorbankan diri sampai sekarang. Kalau secara ekonomis, untuk kita sendiri hasilnya tidak enak. Yah ... tidak ada pastor yang biasa hadir, atau, bagus ini main organ, atau koor itu. Tetapi sesuatu yang di batin kita ialah: Kita semua dikuatkan dan kita semua dimurnikan. Marilah kita melanjutkan Misa dan minta supaya kita dapat memohon mendapat suatu pendapat yang benar dan betul mengenai harga Misa ini. Amin.Sumbernya dr Web Akademi kontra indiferentisme/ekaristi dot org

Mar 28, 2010

Notulen Reuni dan Misa Memerial P. Rector

Halllo...boss Arnoko dan semuanya.... .
ini hasil Reuni dan Misa Memorial pater Rector
1. acara di buka dgn Misa Mengenang Pater Rector tepat jam 10.00 Dgn konselebran utama Rm. Jatmiko dan di dampingi Rm. Ign Suparno CM. Rm. Deddy OFM dan Rm Ferry OFM
2. Setelah Misa di lanjutkan dengan minum coffee trus langsung perkenalan-alumnus yg hadir 42 orang menurut daftar hadir-terlampir, dr angkatan 71-95- dan mulai di lontarkan tema diskusi.
3. Jam 12.00 doa angelus
4. jam 12.30 - makan siang bersama para seminaris- Lauk bebek Eaters.com cafe dan Sengsu
5. Jam 13.30 - Berangkat bersama ke Makam pater Rector Wijbrands OFM jalanan maceeeeeeet jaadi sampainya jam 15.20.
6. Ibadat di Makam di pimpin Rm. Ign Suparno CM di lanjutkan foto2 bareng trus kembali ke Stella Maris
7. Potus n Cibus - langsung di lanjutkan diskusi 60 th Stella Maris n Hasilnya...

Akan diadakan Reuni Akbar 60 th Stella Maris 27-28 Nov 2010
ketua Umum; FX. Arnoko Dewayanto
di bantu oleh........ ......... ........
dan akan di isi dengan
1. Wibrands Award - mengadakan lomba menulis dan pidato dgn bahasa Latin dan Jerman untuk Para seminaris
- yang akan di kordinir oleh: Frans Widiyanto-88, Hermawan-85, Paulus Sumitro-86, Alwi Kiapmanto-82,
dan Wuryadi-87.
- Lomba Paduan Suara antar Paroki Se-keuskupan Bogor yg akan di koordinir oleh;
Frans widiyanto-88, FX. Arnoko-85, suryana-85, Ismantara 82.
- Lomba menulis essay antar Seminari se-indonesia(10 Seminari) yg akan di kordinir oleh:
A.Bobby-85, Agus setyo-86, Kombang-83, Roland sutrisno-71

2. Wibrands Scolarships - yang akan mengalang dana untuk pendidikan Seminaris dan acara 60 th seminari.
- yang akan di kordinir oleh: Arnoko-85, Sihite-83, Budi Mengko-81, Adi Purwanto-81, Parno CM,
Bambang Heriyanto-80, Albert Eddy Subandono-85, Lilik siswadi-82, Kombang-83, Ismantara-82,
Dimas handoko-88,Raynold sahat-92.
3. Penulisan buku spiritualitas wijbrands - yg di kordinir oleh; A.Bobby-85, Yoh.Mogo-88, Frans widiyanto-88,
Heru Kuntoro-87, Yudi Atmoko-85, Parno CM-85, Ferry OFM, Agung OFM, Roland Sutrisno-71, Agung Nugroho-90.

4. 60 th Stella Maris - Seminaris Bogor - penulisan buku kenangan dan acara 27-28 Nov 2010.

Kordinator mengumpulakan tiap angkatan dan mengalang dana dari tiap angkatan:
1. Angkatan 50-79 - Roland Sutrisno71 dan Yudianto78
2. Angkatan 80 - Bambang heryanto
3. Angkatan 81 - FD. Adi Purwanto
4. Angkatan 82 - FA. Ismartono
5. Angkatan 83 - Kombang
6. Angkatan 84 - Budiono
7. Angkatan 85 - Suryo wicaksono
8. Angkatan 86 - Agus Setyo
9. Angkatan 87 - Heru daging Kuntoro
10. Angkatan 88 - Dimas Handoko
11. Angkatan 89
12 . Angkatan 90
untuk angkatan 1989 - 2006 ayooo siapa yg mau mengkordinir. ...?

dan kita akan mengadakan pertemuan lagi pd akhir april tanggal....25 april 2010 or tgl lain?

Keuangan Reuni 27 maret 2010
pemasukan
1. Reynold sahat Rp. 2.000.000
2. Arnoko Rp. 500.000
3. Edy palembang Rp. 500.000
4. Rm. Parno Rp. 500.000
5. Edy Subandono Rp. 300.000
6. Sihite Rp. 1.000.000
7. Singgih Rp. 400.000
8. Frans Rp. 500.000
Total Rp. 5.700.000

Pengeluaran
1. Beras 100 kg Rp. 540.000
2. Lauk Makan siang 17.500 x 150 box Rp. 2.625.000
3. lauk makan Romo2 di seminari 17.500x 10 Rp. 175.000
4. Sengsu Rp. 200.000
5. Ron 88 Botol & Gelas Rp. 150.000
6. Coffee & Cibus Rp. 350.000
7. Lauk Makan malam Rp. 400.000
Total Pengeluaran Rp. 4.440.000
saldo Rp. 1.260.000
saldonya mau di masukin ke rek Wibrands scolarship or mau di pakai untuk pertemuan2 kita berikutnya.. ..

Demikian hasil diskusi 27 maret 2010.... kalau ada yg kurang tolong di tambah ya.... nuhun.

salam to semua
Frans Widiyanto.

Mar 11, 2010

Kesan Pribadi Thd Pater Wijbrand

yah... buat sebagian orang beliau bisa menjadi batu sandungan saat itu, terutama saat pemilihan diosesan/ordo/ tarekat/congrega si di tahun terakhir. atau juga saat ingin keluar buat jalan2 (minta ijin) atau buat keperluan2 lain. oleh rekan kerjanya saat itu, beliau disebut sebagai: kolot, konservatif, ketinggalan jaman dll.3 bulan pertama di SM, saya nangkep beliau orang yg radikal dalam spiritualitas bukan cuma tampak di lifestyle tapi jg cara pikirnya. waktu saya minta les pribadi bhs perancis secara tertulis, beliau tanya: apa masih kurang? waktu itu sy jawab, iya. dan beliau pun akhirnya menyanggupi. beliau orang yg murah hati tapi jg prinsipnya kuat banget dan disiplin khas belanda.pesona beliau sebagai seorang fransiskan muncul ga kenal tempat dan waktu. dlm hal berpakain, tidur, makan, ngajar, missa, jalan2 liburan dll.setelah lepas dari SM, baru saya temukan 3 mutiara indah dalam perjumpaan sy brsama beliau dan itu adalah OLD alias obedience - loyalty - dedication. yang sy sesali tuh, ga sempet bezoek beliau saat sakit dan lagi.. beberapa bulan setelah beliau pulang ke rumah BAPA, barulah pertama kalinya saya bisa nginjek tanah kelahirannya di seberang sono dan berada di beberapa tempat2 yg pernah dia tunjukkan lewat foto2 baik di kelas waktu ngajar maupun di kamar kerjanya. dan sy ga sempet mengucapkan: Pater, ternyata benar. terima kasih, Pater!sadar atau ga sadar, suka atau ga suka,ga bisa dipungkiri, bahwa beliau telah membangun dasar OLD di banyak siswa SM, baik yg telah clerus maupun yg laicus. kini.. waktu telah berbicara: yg ngatain beliau seperti di atas tadi, eh sekarang malah ga jelas. hidupnya sebagai imam malah kebablasan dalam bergaul, ga bisa membatasi IT, materi dll. Beliau pernah bilang dengan nadanya yg khas: ya biar itu semua ada...tapi yg penting adalah doa buat perdamaian, terutama perdamaian dengan diri sendiri dalam bathin (sambil menunjukkan rosarionya yg beruntai 70 kali Salam Maria-nya)begeto sebagian kecil dulu Reynold.....nos cum prole pia, Benedicat Virgo Maria!

Kesan terhadap Para Romo/Pater di Seminari

aku ngalami jaman pater wijbrands, Pater Lori, Pater Haruno, Romo Harjono.....punya pengalaman mengensankan semua...Pater Lori dengan ketegasan tangannya......pater wijbrand dengan ketegasan hatinya dan teladannya, romo Haruno dengan kesederhanaan (GL 100) dan guyupnya kalau pas main bola bareng, Romo Harjono kerapihan dalam berpakaian, berpenampilan. Semua punya kesan baik dan pasti memberi warna buat semua seminaris yang pernah didampingi oleh beliau-beliau ini....Thanks para pater/romo atas kesetian pernah menjadi Orangtua di seminari dulu....(Yulius)

PATER RECTOR....PRIBADI YANG SANGAT MENGAGUMKAN...SANGAT BISA DITELADAN.....SALAM DARI JOGJA, (MATHEUS H)
Jadi mau ikut nimbrung nih....Pembicaraan makin menarik saja. Apalagi tentang simbah P. Wijbrands. Memang betul beliau sekilas tampil konservatif. Saya termasuk hasil yg sudah dibina selama 6 tahun lebih dikit. Mulai dari kelas 1 SMP - 3 SMA (kelas 7 cuma 3 bulan). Memang hasilnya sudah saya rasakan, kapan mau sharing tentang pengalaman hidup sama beliau, saya siap. Bila perlu dengan adik-adik di seminari, karena rasanya masih terus terasa up to date hingga kini. Mulai dari bangun tidur, hingga makan gaya eropa, pernah saya dapatkan dari beliau. Dengar Musik (Mozart), Nonton Film (Charlie Chaplin), Drama(Lupa Pengarangnya) Koor (Gregorian) Longmarch ke Cipanas, sudah saya alami, ternyata terasa hingga sekarang. Banyak cerita suka dan sedih saya alami. Mulai dari sakit hingga wafat saya ikut datang, bahkan pernah makan bareng (cuma berdua) di Cafe -Venezia, TIM beliau mau saya ajak.Nah itulah sedikit pengalaman bersama beliau,... Mungkin suatu saat saya akan tuliskan di milist pengamalan saya ini. Agar bisa diambil inti pergulatan hidup sesungguhnya.Salam,roland

Wijbrands Awards

Seperti saya setuju kalau kita buat Wijbrands Awards.Dasarnya begini. Hari ini saya cuti khusus utk ngurusin rekening2 atas nama saya yg berserakan di beberapa BCA. Termasuk rekening D Larista. Saya sempet mengintip, dana yg ada sekitar 7 jutaan (pokoknya kepala tujuh)Rencana awal, dana itu kita berikan kpd seminaris sebagai beasiswa, dgn gambaran dana tersebut akan terus berkembang dr pr alumni utk adik2 kita. Tapi kenyataannya, selama Jan - Maret ini, tdk ada uang masuk kecuali dr pendpt an bunga setelah dipotong pajak dan bea adm sisa 2500 an perak. Bagaimana kalau beasiswa tersebut kita selipkan dalam Wijbrands Awards ? Dikepala saya, awards yg dipertandingkan adalah:
1. Ketrampilan berbahasa asing (Jerman dan Latin).Karena ketrampilan berbahasa asing seperti yg kita rasakan sangat berguna bagi pegangan hidup kita (baik sebagai awam maupun selibat). Jendela dunia.Disini hanya dipertandingkan intern SM. Kita secara resmi bisa minta sponsor dr Goethe Institut berupa pengajaran gratis selama 6 bln bagi seminaris, juri dan beasiswa belajar ke Jerman. Selama 6 bln gratisan tersebut, seminaris bs diajarkan tulis menulis/mengarang, pidato bhs Jerman. Utk bhs Latin kita bs mengajukan ke kedutaan Vatikan atau Italy, berupa hal yg sm seperti yg diajukan ke Jerman. Pemenang hanya satu utk setiap kategori. Hadiah uang 1 juta.
2. Lomba paduan suara. Lagu Gregorian. Ini bs minta sponsor ke kedutaan Italy secara resmi, berupa pengajaran nyanyi Gregorian, penjurian dan beasiswa. Hadiah 1 juta. Hanya ada satu kelompok pemenang. Peserta bs kita undang seluruh seminari di Indonesia.
3. Pertandingan sepak bola. Pemenang hanya satu yg dpt hadiah 1 juta. Peserta seluruh seminari di Indonesia.Target lain poin 2 3, SM menjadi pioneer pemersatu seminari menengah di Indonesia, sasaran utama mematikan kelompok2 yg berkehendak menutup keberadaan seminari menengah.Utk awal cukup 3 pertandingan. Tapi berbobot.Selama bertanding, seminaris lain bs hidup bersama dg seminaris SM. Tidur rame2 pake tiker (suruh bawa sendiri2). Glengsoran. Mirip temu 5 kolese di de Brito Jogja, seluruh peserta tidur glengsoran di aula.Dana yg kita miliki utk hadiah. Sponsor utk acara kegiatan. Selain juara satu, cukup diberi piagam.Gimana Bro ? Humas bs pasang iklan di majalah hidup 3 kali, isinya ttg undangan sekaligus kesediaan menjadi donatur acara.Waktu pelaksanaan cukup seminggu. Pagi sampai sore main bola. Sore sampai makan malam pidato (menulis tidak perlu performance didepan panggung),abis makan malam nyanyi. Ok gak Bro ?

Mar 3, 2010

Teman2 di Samarinda

  • Alexander Septiardi / 1991 / 7A / seangkatan dengan Rony Boro, antonius Wahyu and Djoni Halim / ragilkuningsakti@yahoo.com
  • siapa menyusul?