Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Aug 18, 2010

*Berpikir Yang Baik Tentang Sesama*

Suatu hari seorang bapak kehilangan uang sebesar lima ratus ribu
rupiah. Ia sudah mencari ke mana-mana, namun tidak ia temukan. Ia sudah
berusaha mengingat-ingat apakah uangnya itu tertinggal di kantor atau jatuh
di jalan. Namun ia tidak ingat apa-apa. Yang pasti adalah ia memasukkan
uangnya itu ke saku celananya, bukan di dompetnya. Karena itu, ia menaruh
curiga terhadap pembantu rumah tangga yang pagi harinya mencuci celananya.

Namun ia tidak mau cepat-cepat menuduh. Sepulang dari kantor, ia
bertanya kepada istrinya tentang uang lima ratus ribu rupiah yang hilang
itu. Sang istri juga tidak tahu. Ia hanya memindahkan celana suaminya yang
kotor itu lalu meletakkan di kamar mandi. Setelah itu, pembantu yang mencuci
celana dan pakaian-pakaian yang lain. Bapak itu semakin bingung mendengar
penjelasan istrinya. Ia semakin kuatir, karena uang itu bukan miliknya. Uang
itu milik bersama teman-teman di kantornya.

Akhirnya, ia memberanikan diri bertanya kepada sang pembantu.
Sambil tersenyum, pembantu itu berkata, “Pak, saya simpan uang bapak. Bapak
tidak usah cemas. Uang bapak selamat.”

Bapak itu memandang penuh senyum dan terima kasih kepada pembantu
itu. Ia memeluknya. Ia meminta maaf kepadanya, karena sudah berprasangka
buruk terhadapnya.

Sering orang mudah berprasangka buruk terhadap sesamanya.
Kesalahan yang dibuatnya sendiri dituduhkan kepada orang lain. Kecerobohan
diri sendiri dilimpahkan kepada orang lain. Orang mau melempar kesalahan
dirinya kepada orang lain.

Kisah tadi mengajak kita untuk hati-hati dalam menuduh orang lain.
Belum tentu orang yang kita tuduh itu seburuk yang ada dalam pikiran kita.
Ternyata orang yang dituduh melakukan hal yang buruk itu orang yang baik.
Orang yang peduli terhadap sesamanya. Orang yang mau menyelamatkan
sesamanya.

Ketika Anda berhadapan dengan suatu persoalan, Anda mesti
tanggalkan prasangka-prasangka. Prasangka itu seperti sepatu yang enak
dipakai, tetapi tidak bisa dipakai untuk berjalan. Mengapa ada
prasangka-prasangka? Karena orang tidak menguasai persoalan yang ada. Orang
masih meraba-raba tentang suatu persoalan. Orang mesti berusaha menguasai
sungguh-sungguh suatu persoalan.

Orang akan memiliki pandangan yang lebih jernih dan enak, kalau ia
mampu melepaskan diri dari prasangka-prasangka. Persoalan hidup pun akan
mudah diatasi. Untuk itu, orang mesti membersihkan dirinya dari pikiran yang
buruk tentang orang lain. Orang mesti memiliki suatu pikiran positif tentang
orang lain.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menemukan hal-hal yang
baik dalam diri sesama kita. Dengan cara ini, kita akan melihat sesama
dengan mata yang jernih dan baik. Kita akan membangun suatu relasi yang
lebih baik dengan sesama kita. Hidup kita akan bahagia dan damai. Tuhan
memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

No comments: