Pater Wijbrand

Pater Wijbrand
CRESCAT ET FLOREAT

Feb 15, 2009

Ayahku Tukang Batu

Action & Wisdom Motivation Training
"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi diperusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawabbekerja sebagai apa.Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya. Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan."Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayahseorang tukang batu," keluhnya dalam hati.Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untukmelakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajakputrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauhdari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putrimengikuti kehendak ayahnya.Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarangmelakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indahkarena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,tetapi keringat ayah ada di sana.Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah punmelanjutkan penuturannya,"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa punpekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putrisegera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.Pembaca yang budiman,Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaandirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diriatas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupidengan identitas dan keadaan yang dipalsukan. Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalamkeadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan danintegritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!Salam Sukses Luar Biasa!!!!Andrie Wongso

No comments: